Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Kepunahan dinosaurus pada 65 juta tahun lalu merupakan salah satu kepunahan terbesar yang pernah terjadi di muka Bumi. Namun tunggu dulu, terdapat peristiwa dahsyat yang ternyata menghapus hampir semua kehidupan di Bumi.
Seperti yang telah diketahui, makhluk hidup membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup.
Namun terlalu banyak oksigen justru pernah memusnahkan lebih dari 90 persen kehidupan di Bumi.
Peneliti berhasil mengungkapkannya berkat sampel barit, batuan mineral yang berusia lebih dari 2 miliar tahun lalu.
Baca Juga
-
Asteroid Besar Melintas Dekat Bumi pada Hari Jumat, Berpotensi Menabrak?
-
Sempat Viral, Benarkah Hutan Amazon Memproduksi 20 Persen Oksigen Bumi?
-
14 September Mendatang, Asteroid Raksasa Ini Melintasi Bumi
-
Apa yang Terjadi Pada Bumi 500 Tahun Mendatang?
-
Astronom Temukan Planet Raksasa, 2.800 Kali Lebih Besar dari Massa Bumi
Batuan yang ditemukan di subarctic Belcher Islands, Kanada, memiliki kandungan kimia yang bisa mengungkapkan kondisi kehidupan 2 miliar tahun lalu.
Malcolm Hodgskiss, seorang ilmuwan sekaligus kandidat profesor di Stanford University mengatakan bahwa kandungan kimia di batuan kuno bisa digunakan untuk mengungkapkan suasana kehidupan ketika batu itu pertama kali terbentuk.
Penelitian ini difokuskan pada sebuah fenomena yang disebut "Great Oxidation Event".
Miliaran tahun lalu, hanya mikro-organisme yang dapat bertahan di Bumi.
Ketika mereka berfotosintesis, mereka mengubah komposisi kimia atmosfer yang menciptakan sejumlah besar oksigen.
Akhirnya mereka tidak bisa bertahan karena "kekenyangan oksigen" melanda semua kehidupan yang ada.
Dikutip dari CNN, ilmuwan memperkirakan bahwa 80 hingga 99,5 persen organisme mati pada akhir fenomena Great Oxidation Event.
"Ada terlalu banyak dari mereka, dan mereka menghasilkan terlalu banyak oksigen. Bahkan perkiraan kami, jumlah kehidupan yang terhapus melebihi kepunahan dinosaurus yang terjadi sekitar 65 juta tahun lalu," kata Hodgskiss.
Ilmuwan itu menjelaskan bahwa penelitiannya masih relevan dengan kondisi planet hari ini.
Itu karena saat ini Bumi masih rentan terhadap perubahan atmosfer.
Lautan yang memanas dapat mengganggu ekosistem bawah laut yang juga mengancam fotosintesis organisme di dalamnya.
Seperti yang telah diketahui, fotosinstesis organisme laut seperti fitoplankton menyumbang lebih dari 50 persen oksigen di atmosfer Bumi.
Penelitian mengenai terhapusnya kehidupan di Bumi pada 2 miliar tahun lalu sangat berguna agar ilmuwan tetap memperhatikan perubahan atmosfer untuk keberlangsungan masa depan.
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
-
Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
-
Ilmuwan Ungkap Ada Samudra di Bawah Permukaan Satelitnya Uranus, Ada Makhluk Hidup?
-
Ilmuwan Ungkap Struktur Inti Bulan, Hasilnya Mengejutkan
-
Siapa Ibnu Al Haitam? Ternyata Kontribusinya di Bidang Optik Bikin Tercengang
-
Ilmuwan Ungkap bahwa Tikus di New York Mulai Bisa Terjangkit Covid
-
Virus dari Permafrost Siberia Masih Bisa Hidup Lagi dan Berbahaya bagi Manusia
-
Ilmuwan Australia Hasilkan Listrik dari Udara, Ini Resep Rahasianya
-
Apakah Gempa Bisa Diprediksi? Ini Kata Ilmuwan Soal Potensi Gempa di Indonesia
-
Ilmuwan Temukan Koridor Misterius di Piramida Cheops Mesir