Rabu, 24 April 2024
Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta : Selasa, 10 Desember 2019 | 11:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Fenomena cuaca yang disebabkan oleh penurunan tekanan udara tajam berhasil terekam satelit. Disebut ilmuwan sebagai Bomb Cyclone, badai ini menghasilkan gelombang laut raksasa di perairan Pantai Barat Amerika Serikat.

Badai yang juga menghasilkan kekuatan angin dengan kecepatan lebih dari 100 mph atau 160 kmh juga termasuk yang tertinggi di kelasnya.

Para ilmuwan dari University of California menjelaskan bahwa data tersebut merupakan yang tertinggi dalam 15 tahun terakhir.

Dalam kurun waktu itu, rata-rata tinggi gelombang laut tak pernah menyentuh 10 kaki atau 3 meter di musim dingin.

Namun, data yang terekam pada tanggal 20 hingga 31 November 2019 menghasilkan titik pusat badai yang mengerikan.

Data yang menyebutkan bahwa gelombang laut super besar terjadi di lepas pantai California. (Twitter/ CDIPBuoys)

Hembusan angin mencapai lebih dari 160 kilometer per jam dengan ketinggian rata-rata gelombang laut mencapai 45 kaki atau 14 meter.

Sementara gelombang laut tertinggi tercatat sebesar 75 kaki atau hampir 23 meter.

Badai yang disebut Bomb Cyclone atau Bom Topan ini berhasil direkam oleh satelit dan terjadi di sekitar 32 kilometer sebelah utara pada lepas pantai Cape Mendocino, California, Amerika Serikat.

Dikutip dari Sky News, James Behrens dari Coastal Data Information Program (CDIP) menjelaskan bahwa ketinggian gelombang laut "jelas tidak biasa" untuk sepanjang tahun 2019.

"Gelombang laut yang sangat besar semacam ini biasanya hanya terdeteksi di tengah lautan, ketika angin super kencang biasanya juga ikut dihasilkan," kata James Behrens.

Bomb Cyclone yang terekam satelit di lepas pantai California sebelah utara. (NOAA)

NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) langsung memperingatkan agar kapal-kapal dan perahu nelayan menjauh dari titik pusat badai.

Untungnya, gelombang laut tidak memicu ombak besar di tepi pantai karena titik badai datang bersamaan saat air surut.

"Ini seperti sebuah permainan yang kebetulan. Jika mereka (Bom Topan) datang pada waktu puncak, mereka akan menyebabkan kerusakan signifikan," kata Troy Nicolini selaku kepala dinas cuaca di NOAA.

Ilmuwan masih memantau titik datangnya badai sebagai antisipasi apabila Bomb Cyclone atau Bom Topan tersebut terbentuk lagi.

BACA SELANJUTNYA

Ilmuwan Temukan Koridor Misterius di Piramida Cheops Mesir