Jum'at, 19 April 2024
Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta : Selasa, 17 Desember 2019 | 07:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Kondisi ekstrem dengan suhu ekstra dingin ternyata dapat mengubah organ terpenting manusia, salah satunya otak. Ilmuwan menemukan bahwa tinggal selama belasan bulan di Kutub Selatan atau Antartika bisa mengubah ukuran dan kemampuan otak manusia.

Para peneliti mempelajari otak sembilan orang (lima pria dan empat wanita) sebelum dan setelah menghabiskan 14 bulan bekerja di stasiun penelitian Jerman Neumayer III di Antartika.

Dilaporkan dalam jurnal The New England Journal of Medicine, scan MRI yang diambil setelah ekspedisi menunjukkan bahwa terdapat perubahan otak manusia setelah mengunjungi Antartika.

Sembilan anggota kru telah kehilangan sejumlah besar volume dalam dentate gyrus.

Itu adalah bagian dari hippocampus otak yang terkait dengan pemikiran spasial dan memori.

Ilustrasi otak manusia. (Pixabay/ VSRao)

Mereka juga mendeteksi lebih sedikit volume di beberapa bagian korteks prefrontal, wilayah otak yang terlibat dalam kepribadian, pengambilan keputusan, dan perilaku sosial.

Perubahan otak tampaknya juga memiliki efek terkait dengan kemampuan kognitif objek penelitian.

Tes menunjukkan bahwa peserta yang kekurangan memori spasial cenderung mengabaikan informasi ketika berfokus pada tugas.

Dikutip dari IFLScience, kehidupan di Antartika termasuk sangat keras bagi makhluk sosial seperti manusia.

Peneliti yang tinggal di sana untuk sementara harus terbiasa dengan periode kegelapan yang hampir 24 jam menemani mereka.

Ilustrasi stasiun penelitian di Kutub Selatan. (Pixabay/ Michelle Maria)

Tak hanya harus menghadapi suhu serendah -50 derajat Celcius, mereka juga mungkin mengalami demam kabin kronis.

Kehidupan sehari-hari di dalam stasiun penelitian dicirikan oleh kemonotonan dan isolasi sosial yang berkepanjangan.

Perubahan otak ini juga berhubungan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh ilmuwan sebelumnya.

Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa isolasi sosial yang berkepanjangan dapat memiliki efek mendalam pada perilaku dan struktur otak.

Ilmuwan dari Universitas Pennsylvania meyakini bahwa kondisi ekstrem di Antartika serta isolasi sosial yang dialami oleh manusia yang tinggal di sana membuat kondisi otak mereka berubah secara signifikan.

BACA SELANJUTNYA

Virus dari Permafrost Siberia Masih Bisa Hidup Lagi dan Berbahaya bagi Manusia