Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Kebakaran hutan dan gelombang panas yang menyapu Australia ternyata mempunyai efek yang sangat parah. Ilmuwan khawatir bahwa kejadian itu bisa berakibat fatal pada perkembangan hewan liar di masa depan.
Para peneliti dari University of Sydney memperkirakan sekitar 480 juta hewan telah terbunuh oleh kobaran api yang melanda Australia mulai pada September 2019.
Di antara hewan yang mati terdapat 8.000 koala yang jumlahnya hampir sepertiga dari populasi koala di New South Wales, Australia.
Survei di tahun 2016 menyebutkan bahwa jumlah populasi koala mencapai 80 ribu ekor.
Baca Juga
Sebelumnya, IUCN Red List telah memasukkan koala sebagai hewan yang Rentan Punah.
Melihat kondisi kebakaran hutan yang melanda Australia, kondisi koala akan semakin memprihatinkan lagi.
"Kami akan tahu lebih banyak detail datanya ketika kebakaran telah mereda sehingga ilmuwan bisa melakukan penilaian dengan tepat," kata Menteri Lingkungan Hidup Australia, Sussan Ley.
Koala dan hewan marsupial asli Australia mengalami disorientasi, dehidrasi, terbakar parah, atau bahkan hangus hingga mati.
Kebakaran hutan di Australia terus menjangkau lebih dari 4 juta hektar pada lima negara bagian di Australia.
Dikutip dari IFLScience, kebakaran hutan di musim 2019-2020 dianggap ilmuwan sangat "brutal" karena gelombang panas yang mencapai suhu rata-rata 40 derajat Celcius.
Bahkan di Australia Barat, suhunya pernah terekam hingga 48 derajat Celcius.
Ahli meteorologi Australia menyebutkan bahwa kejadian tersebut ada hubungannya dengan "cuaca aneh" pada sistem iklim yang dikenal sebagai Indian Ocean Dipole (IOD).
Indian Ocean Dipole dianggap sebagai hasil dari naik turunnya suhu permukaan laut di Samudera Hindia bagian barat.
Ilmuwan menjelaskan bahwa IOD dapat memiliki efek yang signifikan terhadap iklim di Australia.
Tak hanya ratusan juta hewan yang mati, kebakaran hutan dan gelombang panas juga mengancam eksistensi jutaan hektar habitat hewan di sekitarnya.
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Tips Beli Kambing untuk Kurban Online Lewat Ecommerce Biar Nggak Kena Tipu
-
Deretan Penyakit yang Rentan Menyerang Hewan Kurban, Wajib Diwaspadai
-
Banyak Menjangkit Hewan Kurban, Apa Itu Lumpy Skin Disease?
-
Kebakaran Hutan di Rusia Telan Banyak Korban, Ribuan Damkar Dikerahkan
-
Duh Anjing Ini Bisa-bisanya Kecanduan Alkohol, Dokter Hewan pun Sampai Turun Tangan
-
5 Karakter One Piece yang Sukses Tanpa Privileges, The Real Berjuang dari Nol
-
Amerika Serikat Hadapi Invasi Babi Super, Bikin Pemburu Keteteran
-
Seabrek Fakta Sains tentang Capybara: Doyan Makan Tebu, Bisa Kena Rabies dan TBC
-
Dikenal Santuy, Capybara Ternyata Punya Banyak Musuh Alami: Ini Sederet Fakta Uniknya
-
Koordinasi BMKG dan Provinsi Riau, Antisipasi Dini Karhutla saat Kemarau