Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Virus corona baru yang disebut SARS-CoV-2 telah menjadikan sumber dari COVID-19. Ketika dunia masih berperang melawannya, China sudah melaporkan adanya kasus virus lain lagi.
Berbeda dengan virus corona COVID-19, laporan baru di China muncul kembali virus baru lain yang disebarkan oleh tikus, yaitu virus hanta atau hantavirus.
Virus baru ini ternyata telah menyebabkan kematian seorang pria asal Yunnan, China, hanya dalam beberapa jam setelah dinyatakan positif virus hanta.
Sebanyak 32 orang lainnya pun sudah diperiksa dan saat ini dokter tengah menunggu hasil tes mereka, lapor The Health Site.
Baca Juga
-
Ilmuwan Bagikan Seperti Apa Penampakan Virus Corona COVID-19
-
Terinfeksi Virus Corona, Nenek 90 Tahun Ini Berhasil Sembuh
-
Inilah Asal Usul Nama Virus Corona, Termasuk COVID-19
-
Ilmuwan Dunia Sebut Penanganan Virus Corona di Indonesia Mengkhawatirkan
-
WHO Sebut Lockdown Saja Tak Cukup untuk Lawan Virus Corona, Lalu Apa?
-
5 Strategi Lawan Virus Corona, Telah Sukses di Beberapa Negara
Dilansir Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), hantavirus atau virus hanta termasuk dalam keluarga Bunyaviridae yang disebarkan oleh tikus.
Virus baru ini menyebabkan sindrom paru virus hanta atau hantavirus pulmonary syndrome (HPS).
Seseorang dapat terinfeksi virus ini dengan mengirup partikel virus dari urin, tetes atau air liur hewan pengerat. Gigitan dari inang yang terinfeksi juga dapat menyebabkan infeksi paru ini.
Gejala awal dari HPS termasuk demam, kelelahan, dan nyeri otot di paha, pinggul, punggung, dan bahu. Orang yang terinfeksi juga dapat mengalami sakit kepala, pusing, kedinginan, sakit perut, muntah, mual, hingga diare.
Empat hingga 10 hari setelah fase awal penyakit akan muncul gejala HPS lain, seperti batuk dan sesak napas.
Beberapa orang yang telah dinyatakan sembuh dari infeksi ini mengaku gejala yang mereka rasakan seperti ada tali yang mengikat atau bantal yang menutupi wajah sehingga mereka merasa kesulitan bernapas. Ini terjadi ketika paru-paru telah dipenuhi oleh cairan.
HPS dapat berakibat fatal dan memiliki tingkat kematian 38%.
Itulah kasus virus yang ditemukan di China ketika dunia sedang berperang melawan COVID-19. (Suara.com/ Rosiana Chozanah).
Hantavirus Bukan VIrus Baru
Hasil penelusuran dan cek fakta turnbackhoax.id dalam artikel ini, menyebutkan kalau hantavirus bukan virus baru.
Virus Hanta pertama kali ditemukan pada 1950. Virus Hanta pun, yang menyebabkan Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS), pernah mewabah di AS pada 1993.
Virus Hanta adalah virus yang menyebar terutama dari tikus dan dapat menyebabkan beragam sindrom penyakit. Manusia bisa tertular jika terpapar urin, kotoran, atau air liur dari tikus yang terinfeksi
Dilansir dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), virus yang menyebabkan Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS) atau sindrom paru-paru virus Hanta ini sudah pernah mewabah sebelumnya, yakni pada Mei 1993, di AS bagian barat daya, tepatnya di negara bagian Arizona, New Mexico, Colorado, dan Utah.
Laporan hantavirus di AS pada 1993 ini bisa dilihat di halaman CDC pada link ini.
Menurut cek fakta Tempo, disebutkan laporan dari situs media asing Global Times, memang ada seorang pria dari provinsi Yunnan, China, yang meninggal karena terinfeksi virus Hanta, bukan virus baru.
Kesimpulan:
Hantavirus yang menewaskan pria asal Yunnan, China ini bukan virus baru. Namun virus ini telah lebih dulu pada 1950 silam.
Koreksi (Pembaruan per 3 April 2020):
Artikel ini telah dikoreksi dan diperbarui, terutama demi meluruskan fakta-faktanya. Termasuk dengan mengubah/memperbaiki judul & sebagian gambarnya, juga tambahan/penjelesan di bagian isi. Mohon maaf atas kekeliruan sebelumnya dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan.
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Stabil Usai Dihajar Sanksi AS, Industri Chip China Malah Terancam Terpukul oleh Hukuman Jepang
-
AS akan Batasi Investasi ke Perusahaan Teknologi China
-
Ubisoft Tutup Gerai Online di China, Apa Sebabnya?
-
Giliran Perusahaan Teknologi AS Balik Diblacklist China, Amerika Malah Mengeluh
-
Hasil Menko Luhut ke China, Mobil Listrik BYD akan Investasi ke Indonesia
-
Serangan Balik, Kini Giliran China yang Ngeblacklist Perusahaan Chip Amerika
-
Bikin Industri China Tak Tunduk Walau Panen Sanksi, Apa Itu RISC-V?
-
Sanksi AS Tidak Banyak Berdampak pada Industri Semikonduktor di China
-
Jerman Ambil Kuda-Kuda untuk Terapkan Pelarangan Ekspor Bahan Chip ke China
-
Penjualan HP Android dan Apple di China Menyusut, Ini Sebabnya