Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Virus corona jenis baru, SARS-CoV-2 disebut-sebut sebagai penyebab COVID-19. Namun kata ilmuwan, dimungkinkan sudah ada di dalam tubuh manusia puluhan tahun silam.
Ilmuwan menyebutkan adanya kemungkinan jika penyebab COVID-19 ini sudah ada di dalam tubuh manusia sebelum akhirnya terdeteksi di Wuhan, Hubei, China pada akhir 2019 kemarin.
Para ilmuwan dari sejumlah negara menganalisis data ilmuwan dari seluruh dunia untuk melacak jejak evolusi SARS-Cov-2 yang kini memicu wabah COVID-19 di seluruh dunia.
Mereka menemukan bahwa ada kemungkinan virus itu sudah menyeberang dari binatang ke manusia jauh sebelum kasus infeksi di Wuhan pada Desember 2019.
Baca Juga
-
Tak Hanya Droplet, Ilmuwan Sebut Virus Corona Bisa Menular Lewat Air Mata
-
Ilmuwan Peraih Nobel Prediksi Virus Corona Segera Berakhir?
-
Budiman Sudjatmiko: Ada Peringatan Ilmuwan Soal Virus Corona Sejak 2007
-
Menurut Ilmuwan, Begini Kondisi Paru-paru yang Digerogoti Virus Corona
-
Bantu Pengobatan Corona, Ilmuwan Teliti Sampel Darah Pasien yang Sembuh
SARS-Cov-2 memiliki mutasi unik yang diduga terjadi ketika virus itu berulang kali menginfeksi sejumlah kecil manusia dan bahwa mutasi itu tak ditemukan pada virus corona di dalam binatang yang diduga sebagai inangnya, seperti kelelawar atau trenggiling.
Francis Collins, Direktur Institut Kesehatan Nasional (NIH), Amerika Serikat, mengatakan studi ini membuka kemungkinan bahwa SARS-Cov-2 sudah ada di tubuh manusia jauh sebelum ia mampu memicu penyakit dalam tubuh kita. Collins tak terlibat dalam riset ini.
"Sebagai hasil dari evolusi yang gradual selama bertahun-tahun atau puluhan tahun, virus itu akhirnya memunyai kemampuan untuk menyebar dari manusia ke manusia dan memicu penyakit serius," tulis Collins dalam sebuah artikel yang diterbitkan di website NIH, Kamis (26/3/2020).
Studi terbaru itu digelar Kristian Andersen dari Scripps Research Institute, California, AS; Andrew Rambaut dari University of Edinburgh, Skotlandia; Ian Lipkin dari Columbia University, New York, AS; Edward Holmes dari University of Sydney, Australia; dan Robert Garry dari Tulane University, New Orleans, AS.
Temuan para ilmuwan di atas diterbitkan di jurnal Nature Medicine edisi 17 Maret kemarin.
Mutan, bukan chimera
Ketika COVID-19 muncul di Wuhan pada Desember 2019, para ilmuwan China menduga virus corona pemicu wabah tersebut berasal dari virus yang ditemukan pada kelelawar gua di perbatasan China - Myanmar.
Virus dari kelelawar dan dari pasien di Wuhan memiliki kesamaan gen hingga 96 persen. Tetapi virus pada kelelawar tak bisa menginfeksi manusia, karena tak memiliki duri-duri protein yang bisa menjadi jalan masuk ke sel-sel manusia.
Para ilmuwan dari Guangzhou dan Hong Kong lalu menemukan virus corona yang memiliki duri protein pada tubuh trenggiling malaya. Ini memicu spekulasi bahwa SARS-Cov-2 adalah hasil rekombinasi - gabungan antara virus corona di kelelawar dan pada trenggiling.
Tetapi hasil studi baru menunjukkan bahwa virus SARS-Cov-2 memiliki sebuah mutasi dalam gen yang dikenal dengan nama polybasic cleavage site, yang tak ditemukan dalam virus corona yang ditemukan di kelelawar maupun trenggiling.
Mutasi ini bisa menghasilkan struktur unik dalam duri protein untuk berinteraksi dengan furin, salah satu enzim dalam tubuh manusia. Ketika terjadi kontak antara keduanya, maka lapisan luar virus dan membran sel manusia akan bergabung. Mutasi inilah yang membuat SARS-Cov-2 sangat mudah menular.
Mutasi seperti ini mungkin saja terjadi di binatang yang menjadi inang. SARS dan MERS, misalnya, diduga sebagai turunan langsung virus corona yang ditemukan pada musang serta unta karena kemiripan genetiknya mencapai 99 persen.
Beda halnya pada SARS-Cov-2 pemicu COVID-19. Perbedaan antara virus yang ditemukan pada manusia dan binatang terlalu jauh berbeda, sehingga para ilmuwan mengajukan teori alternatif.
"Mungkin nenek moyang SARS-Cov-2 melompat ke manusia dan memiliki fitur-fitur genom yang dijelaskan di atas lewat proses adaptasi yang terjadi ketika ia menyebar dari manusia ke manusia tanpa terdeteksi," jelas para peneliti.
"Adaptasi itu memicu terjadinya pandemi dan cukup banyak kasus, sehingga pada akhirnya bisa terdeteksi oleh sistem pengawasan kesehatan kita," lanjut para ilmuwan.
Lebih lanjut para peneliti menegaskan bahwa temuan mereka ini memperkuat argumentasi bahwa SARS-Cov-2 adalah virus yang berasal dari alam, bukan hasil rekayasan di laboratorium.
Alasannya karena hasil pemodelan superkomputer paling cepat berbasis pada data-data yang saat ini tersedia, tidak mampu melahirkan perubahan struktur duri protein yang aneh, tapi efisien seperti pada SARS-Cov-2.
"Faktanya, para perekayasa hayati di dunia yang berusaha merancang virus corona tidak akan memilih struktur duri protein seperti ini," kata Collins.
Itulah pernyataan ilmuwan tentang dugaan keberadaan virus corona jenis baru di tubuh manusia puluhan tahun silam. (Suara.com/ Liberty Jemadu).
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
-
Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
-
Ilmuwan Ungkap Ada Samudra di Bawah Permukaan Satelitnya Uranus, Ada Makhluk Hidup?
-
Ilmuwan Ungkap Struktur Inti Bulan, Hasilnya Mengejutkan
-
Siapa Ibnu Al Haitam? Ternyata Kontribusinya di Bidang Optik Bikin Tercengang
-
Ilmuwan Ungkap bahwa Tikus di New York Mulai Bisa Terjangkit Covid
-
Virus dari Permafrost Siberia Masih Bisa Hidup Lagi dan Berbahaya bagi Manusia
-
Ilmuwan Australia Hasilkan Listrik dari Udara, Ini Resep Rahasianya
-
Apakah Gempa Bisa Diprediksi? Ini Kata Ilmuwan Soal Potensi Gempa di Indonesia
-
Ilmuwan Temukan Koridor Misterius di Piramida Cheops Mesir