Jum'at, 29 Maret 2024
Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta : Rabu, 01 Juli 2020 | 08:15 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Berdasarkan penelitian terbaru, ilmuwan menemukan bahwa Selandia Baru dulunya merupakan sebuat tempat yang dihuni oleh "kembaran" spesies penguin raksasa. Spesies yang diyakini hidup 62 juta tahun lalu itu mempunyai ukuran ekstra besar jika dibandingkan ukuran penguin modern.

Penelitian yang telah dipublikasikan dalam Journal of Zoological Systematics and Evolutionary Research mengungkapkan bahwa fosil tulang penguin super besar di Selandia Baru memiliki kesamaan dengan tulang-tulang burung yang lebih muda, Plotopterids.

Tulang-tulang yang lebih muda tersebut banyak ditemukan di belahan Bumi bagian utara.

Penemuan menunjukkan bahwa Plotopterids sangat mirip dengan rekan Kiwi raksasa mereka terkait struktur morfologi hingga susunan kimianya.

Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pemahaman kita tentang bagaimana evolusi penguin yang memilih menggunakan sayap mereka untuk berenang dibandingkan terbang.

Fosil spesies penguin raksasa. (Canterbury Museum)

Bukti pertama ditemukan di Waipara, Canterbury Utara, Selandia Baru di mana sembilan spesies berbeda telah diidentifikasi.

Tingginya berkisar seukuran burung kecil hingga sekitar 1,6 meter.

Plotopterids tidak muncul dalam catatan evolusi dari 37 hingga 34 juta tahun yang lalu, dengan fosil banyak ditemukan pada situs di Amerika Utara dan Jepang.

Ilustrasi spesies penguin raksasa jika dibandingkan spesies penguin modern. (Creative Commons/ Tess Cole)

Mereka punah sekitar 10 juta tahun kemudian, tetapi bukti fosil mereka menunjukkan bahwa Plotopterids juga menggunakan sayap mereka untuk mengarungi laut dibandingkan untuk terbang.

Untuk memastikan ini, para peneliti memutuskan untuk membandingkan sisa-sisa fosil dari Plotopterids terhadap spesies penguin raksasa Waimanu, Muriwaimanu, dan Sequiwaimanu yang menjelajahi Selandia Baru 60 juta tahun yang lalu.

Analisis mereka mengungkapkan bahwa burung-burung itu berbagi beberapa karakteristik yang sama termasuk paruh panjang dengan lubang hidung seperti celah, morfologi dada dan tulang bahu serta struktur sayapnya.

Model 3D spesies penguin raksasa. (YouTube/ Canterbury Museum)

Temuan menunjukkan bahwa kedua kelompok burung berevolusi menjadi perenang yang kuat, berburu di laut dalam untuk menangkap makanan laut.

Dilansir dari IFLScience, ada juga kesamaan terkait dengan ketinggian burung di mana Plotopterid terbesar berukuran lebih dari 2 meter sementara penguin raksasa Selandia Baru memiliki ketinggian maksimum 1,7 meter.

"Burung-burung ini berevolusi di belahan Bumi yang berbeda, terpisah jutaan tahun, tetapi dari kejauhan, Anda akan kesulitan untuk membedakan mereka. Plotopterids tampak seperti penguin, mereka berenang seperti penguin, mereka mungkin makan seperti penguin, tetapi sebenarnya mereka bukan penguin," kata Dr Paul Schofield, kurator untuk Museum Canterbury dalam pernyataan resminya.

Ilmuwan menduga bahwa Plotopterid dan penguin memiliki nenek moyang yang bisa terbang dan sering menceburkan diri ke laut ketika mencari makan.

Seiring waktu, nenek moyang mereka punya keahlian menakjubkan dalam berenang dan perlahan kehilangan kemampuan terbang.

Evolusi konvergen ini dapat membanu ilmuwan memahami mengenai mengapa penguin bisa beradaptasi di lingkungan laut dibandingkan udara.

BACA SELANJUTNYA

Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet