Jum'at, 26 April 2024
Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta : Senin, 03 Agustus 2020 | 14:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Pengetahuan yang dimiliki oleh ilmuwan kuno zaman dahulu ternyata terbukti efektif ketika diaplikasikan untuk membunuh bakteri. Berumur 1.000 tahun, racikan serta resep obat kuno ini berhasil dibuktikan keampuhannya oleh ilmuwan modern.

Bahkan peneliti cukup terkejut mengingat ramuan obat kuno ini mampu membunuh beberapa bakteri jahat yang mulai resisten terhadap antibiotik.

Ramuan tersebut terdiri dari bawang putih, bawang merah, anggur, dan sedikit empedu sapi.

Hal itu mungkin terdengar seperti minuman penyihir, namun obat kuno ini justru terbukti manjur melawan bakteri jahat.

Penelitian mengenai obat kuno yang dipimpin oleh Freya Harrison dari School of Life Sciences, University of Warwick telah diterbitkan di jurnal Scientific Reports.

Tulisan kuno mengenai Balds Eyesalve ( British Library)

Manuskrip medis kuno dari Abad Pertengahan itu ternyata bisa menjadi solusi ketika beberapa antibiotik modern mulai kehilangan "kekuatan" saat menghadapi bakteri yang mulai resisten.

"Ancientbiotic", demikian para peneliti menyebutnya, ditemukan di salah satu buku teks medis paling awal yang diketahui dari Inggris Abad Pertengahan, yang dikenal sebagai Bald's Leechbook.

Buku teks medis pada awal Anglo-Saxon ini berisi saran dan resep untuk obat-obatan, lotion (atau salep), serta perawatan kuno.

Bald's Leechbook ditulis sekitar tahun 905 M dan ditemukan di British Library.

Racikan obat kuno Balds Eyesalve yang diolah oleh ilmuwan modern. (University of Warwick)

Resep semacam salep yang diberi nama sebagai Bald’s Eyesalve terbukti efektif secara mengejutkan sebagai senyawa antibakteri terhadap Staphylococcus aureus (MRSA).

"Secara khusus, Bald’s Eyesalve diterapkan pada model infeksi jaringan lunak, termasuk infeksi Acinetobacter baumanii (sering ditemukan pada luka perang), Stenotrophomonas maltophilia (umumnya terkait dengan infeksi paru-paru), Staphylococcus aureus (sering dikaitkan dengan infeksi bedah), dan Staphylococcus epidermidis (terkait dengan infeksi seperti tonsilitis, demam berdarah, selulitis, dan demam rematik). Bakteri ini juga ditemukan dalam ulkus kaki diabetik, dan semuanya telah menunjukkan berbagai tingkat resistensi terhadap antibiotik standar," tulis keterangan peneliti dikutip dari Gizmodo.

Kabar baik, resep Abad Pertengahan ini tidak berbahaya bagi sel-sel manusia atau tikus, karena menunjukkan senyawa tersebut dapat dilarutkan kembali sebagai pengobatan yang efektif untuk infeksi.

"Sebagian besar antibiotik yang kita gunakan saat ini berasal dari senyawa alami, tetapi pekerjaan kami menyoroti kebutuhan untuk mengeksplorasi tidak hanya senyawa tunggal tetapi campuran produk alami untuk mengobati infeksi biofilm," kata Harrison dalam rilis resminya.

Meski racikan obat kuno terbuti efektif membunuh bakteri tertentu, ilmuwan masih belum memecahkan misteri mengenai bagaimana kombinasi racikan itu bekerja dan ditemukan oleh peneliti kuno.

BACA SELANJUTNYA

Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia