Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI) makin pesat, dan merambah berbagai macam lini. Termasuk dalam memprediksi adanya kedatangan badai.
Berawal dari beberapa wilayah Amerika Serikat bagian selatan kerap menjadi langganan badai, para ilmuwan tergerak untuk bisa mengembangkan teknologi yang bisa memprediksinya.
Para ilmuwan tergerak mengembangkan teknologi yang mampu memperkirakan kedatangan badai, termasuk dengan mengoptimalkan penggunaan AI.
Dalam makalah baru yang diterbitkan di Geophysical Research Letters, para ilmuwan menggunakan data yang dikumpulkan oleh satelit NASA agar bisa menjelaskan algoritma AI dapat menemukan tanda-tanda terjadinya badai.
Baca Juga
Para ilmuwan bekerja sama dengan Jet Propulsion Laboratory (JPL) milik NASA, untuk mengasah beberapa variabel utama yang dapat dicari oleh algoritma AI untuk membuat prediksi yang akurat.
Hasilnya, para peneliti telah menentukan bahwa lonjakan curah hujan di dekat inti badai adalah indikator yang paling akurat untuk menandai akan adanya badai besar.
Selain itu, intensitas badai dapat dinilai sebagian dari jumlah air es yang ada dalam formasi awan badai yang kuat. Semakin kuat angin, semakin besar kemungkinan air terbawa cukup tinggi untuk berubah menjadi es.
Kabar baiknya, algoritma seperti itu bisa dideteksi oleh satelit NASA, dan memasangkan satelit tersebut dengan program AI untuk bertindak sebagai pengawas agar menghasilkan sistem peringatan dini.
Dalam pengujiannya, para ilmuwan menyebut bahwa teknologi AI memiliki akurasi antara 40 persen hingga 200 persen, dibandingkan dengan metode intensifikasi.
Namun untuk saat ini, para ilmuwan masih harus melakukan sejumlah penyempuranaan agar teknologi AI ini segera diimplementasikan.
Itulah pengembangan teknologi AI yang digunakan dalam memprediksi kedatangan badai. Meski belum sempurna, namun akan membantu di masa depan. (Suara.com/ Tivan Rahmat).
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Universitas Indonesia dan Yandex Gelar Seminar AI yang Komprehensif
-
Apa yang Bisa Dilakukan AI pada Samsung Galaxy S24 Series
-
Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
-
Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
-
Lenovo Rilis Layanan dengan Teknologi AI, Bantu Transformasi Digital dalam Perusahaan
-
Pakai Teknologi AI, Virtual News Anchor Kini Hadir di Industri Media Digital
-
Microsoft Work Trend Index 2023, Teknologi AI Mengubah Cara Kerja di Indonesia
-
Kenapa Apple Larang Karyawan Pakai ChatGPT di Tempat Kerja? Ini Alasannya
-
Zoho Integrasikan ChatGPT dengan Zia, Perkuat Kemampuan AI Generatif
-
Ilmuwan Ungkap Ada Samudra di Bawah Permukaan Satelitnya Uranus, Ada Makhluk Hidup?