Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - NASA menemukan lautan yang mungkin terkubur di bawah kerak Mars dan tidak menghilang seperti perkiraan sebelumnya dalam penelitian terbarunya.
Studi sebelumnya menyatakan, Mars pernah memiliki air yang cukup untuk menutupi seluruh permukaan planet dengan lautan air sedalam sekitar 100 hingga 1.500 meter atau sekitar setengah air dari Samudra Atlantik di Bumi.
Namun, lingkungan Mars saat ini dingin dan kering. Sebelumnya, para ilmuwan mengira bahwa setelah Planet Merah kehilangan medan magnet pelindungnya, radiasi Matahari dan angin Matahari menghilangkan sebagian besar atmosfer dan airnya.
Tetapi dalam temuan terbaru ini menunjukkan Mars tidak mungkin kehilangan semua airnya.
Baca Juga
-
Twitter Dalam Tahap Uji Coba Integrasi dengan YouTube
-
Sedang Tidur Pulas, Pria Dikejutkan dengan Kemunculan Hal Ini
-
Sempat Absen Membela RRQ Hoshi, Xin Jawab Rumor Main di MPL Season 7
-
Makan Sushi Salmon Mentah Pakai Ini, Netizen Penasaran dengan Rasanya
-
NASA Temukan Sisa Ledakan Bintang Misterius, Berada di Inti Galaksi
Data dari misi MAVEN (Mars Atmosphere and Volatile EvolutioN) NASA dan pengorbit Mars Express milik Badan Antariksa Eropa (ESA), mengungkapkan dengan laju seperti itu, Mars hanya akan kehilangan lautan air global sekitar tiga hingga 25 meter selama 4,5 miliar tahun.
Sekarang para ahli menemukan sebagian besar air yang pernah dimiliki Mars mungkin tersembunyi di bawah kerak planet, terkunci di dalam struktur kristal bebatuan di bawah permukaan Mars.
Dalam temuan yang dipublikasikan di jurnal Science pada 16 Maret, para ilmuwan menggunakan data dari penjelajah dan pesawat luar angkasa yang mengorbit Mars serta meteorit Mars.
Hal ini untuk mengembangkan model Planet Merah yang memperkirakan berapa banyak air yang dimiliki planet dan berapa banyak air yang mungkin telah hilang dari waktu ke waktu.
Salah satu cara para ilmuwan memperkirakan berapa banyak air Mars yang hilang melibatkan analisis tingkat hidrogen di dalam atmosfer dan bebatuannya.
Setiap atom hidrogen mengandung satu proton di dalam intinya, tetapi beberapa atom hidrogen memiliki neutron ekstra, membentuk isotop yang dikenal sebagai deuterium. Hidrogen biasa dapat lolos dari gravitasi planet lebih mudah daripada deuterium yang lebih berat.
Dengan membandingkan tingkat atom hidrogen yang lebih ringan dan atom deuterium yang lebih berat dalam sampel Mars, para peneliti dapat memperkirakan berapa banyak hidrogen biasa yang mungkin telah hilang di Planet Merah seiring waktu.
Karena setiap molekul air terbuat dari dua atom hidrogen dan satu atom oksigen, perkiraan kehilangan hidrogen Mars ini mencerminkan berapa banyak air Mars telah hilang karena radiasi Matahari.
Para ahli menemukan reaksi kimia mungkin menyebabkan antara 30 persen hingga 99 persen air yang awalnya harus dikunci oleh Mars menjadi mineral dan berakhir terkubur di kerak planet.
Dilansir dari Space.com, Kamis (18/3/2021), air yang tersisa kemudian hilang ke luar angkasa dan ini menjelaskan rasio hidrogen-deuterium yang terlihat di Mars.
Secara keseluruhan, para peneliti menyatakan Mars kehilangan 40 persen hingga 95 persen air selama sekitar 4,1 miliar hingga 3,7 miliar tahun yang lalu.
Namun, perkiraan baru jumlah air yang terkubur di kerak Mars sangat beragam karena ketidakpastian tingkat kehilangan air di Mars di masa lalu.
"Perseverance di Mars sebenarnya dapat membantu menyempurnakan perkiraan ini karena penjelajah itu menuju salah satu bagian paling kuno dari kerak Mars, sehingga dapat membantu kami memastikan proses kehilangan air di masa lalu jauh lebih baik," kata Eva Scheller, ilmuwan planet di California Institute of Technology.
Meskipun sebagian besar air di Mars mungkin masih terkubur di dalam keraknya, bukan berarti astronot masa depan yang berkunjung ke Planet Merah dapat dengan mudah mengekstraksi air Mars.
Scheller menambahkan adanya kemungkinan astronot masa depan harus memanaskan banyak bebatuan di Planet Mars untuk mendapatkan jumlah air yang cukup. (Suara.com/Lintang Siltya Utami)
Tag
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
-
Berapa Jarak Bumi ke Matahari dan Bagaimana Cara Mengukurnya?
-
Berapa Jarak Bumi ke Bulan, Lengkap Fakta Menariknya
-
Kenapa Bintang Digambarkan dengan Lima Sudut, Padahal Aslinya Bulat
-
12 Orang yang Pernah Menginjakkan Kaki di Bulan, Tak Hanya Neil Armstrong
-
Sebuah Komet Hijau Mendekati Bumi, Lintasannya Bisa Terlihat?
-
NASA Temukan Planet Mirip Bumi yang Kedua, Bisa Dihuni Manusia?
-
Satelit NASA Akan Jatuh Ke Bumi, Setelah 38 Tahun Beroperasi
-
Peringatan NASA, Ada Indikasi China Ingin Mengklaim Tanah di Bulan
-
Tim Peneliti NASA Berhasil Identifikasi Pola Perubahan Suhu di Jupiter