Selasa, 23 April 2024
Dinar Surya Oktarini : Kamis, 10 Juni 2021 | 17:38 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Pegunungan Alpen, Prancis biasanya diselimuti salju berwarna putih kini berubah warna menjadi merah seperti darah. 

Hal ini bukan disebabkan oleh darah sungguhan. Dikenal sebagai "darah gletser", hal ini berasal dari mikroalga yang hidup di salju.

Dilansir dari Live Science, Kamis (10/6/2021), para ahli baru-baru ini pergi ke Pegunungan Alpen untuk mempelajari organisme misterius tersebut.

Ekspedisi ini merupakan bagian dari proyek AlpAlga, sebuah upaya mempelajari mikroalga yang hidup di pegunungan dengan ketinggian 1.000 hingga 3.000 meter di atas permukaan laut.

Sama seperti mikroalga yang menghuni lautan, danau, dan sungai, mikroalga yang berada di salju membantu membentuk dasar jaring makanan di ekosistem pegunungan dan kemungkinan bereaksi terhadap polusi serta perubahan iklim dengan cara yang sama.

Secara umum, sel mikroalga hanya berukuran beberapa seperseribu inci dan hidup sebagai organisme sel tunggal.

Salju di pegunungan Alpen berwarna merah darah. [Twitter]

"Mikroalga yang berubah menjadi merah di salju secara teknis adalah ganggang hijau karena mereka termasuk dalam filum Chlorophyta dan mengandung bentuk spesifik klorofil, pigmen hijau yang memungkinkan fotosintesis," kata Eric Maréchal dari Laboratory of Cellular and Plant Physiology.

Maréchal menambahkan selain klorofil, ganggang ini juga mengandung karotenoid yaitu pigmen oranye dan merah.

Karotenoid bertindak sebagai antioksidan dan kemungkinan melindungi ganggang dari efek cahaya intens yang berbahaya dan radiasi ultraviolet di ketinggian.

Ketika sejumlah besar alga tumbuh sangat cepat, salju di sekitarnya akan tampak merah atau oranye karena akumulasi karotenoid. Karena itu gletser berwarna merah seperti darah yang tampak mengerikan.

Pada titik ini, para ahli berpikir bahwa ganggang adalah penanda perubahan iklim, di mana pertumbuhan organisme tersebut mencerminkan peningkatan kadar karbon dioksida dan perubahan di lingkungan.

Namun, para ahli belum memiliki cukup data. Studi baru ini dapat membantu tim ilmuwan untuk mengetahui kondisi lingkungan seperti apa yang memicu mekarnya alga dan pertanyaan lainnya.

Microalga. [Alpalga]

Dalam ekspedisi mendatang pada akhir bulan ini, tim berencana membangun situs penelitian jangka panjang sehingga para ahli bisa terus melacak pertumbuhan alga melalui perubahan musim. (Suara.com/Lintang Siltya Utami)

BACA SELANJUTNYA

Ilmuwan Jepang Ingin Mengubah Salju Jadi Sumber Tenaga Listrik