Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Sejak zaman kuno, para filosof dan cendekiawan telah berusaha memahami cahaya. Lalu dilanjutkan para ilmuwan yang lebih mendalam mencari tahu berapa kecepatan cahaya, berapa panjangnya dam masih banyak lainnya.
Selain mencoba untuk membedakan sifat dasarnya seperti terbuat dari apa, partikel atau gelombang, dan lain-lain, mereka juga berusaha membuat pengukuran hingga seberapa cepat ia bergerak. Sejak akhir abad ke-17, para ilmuwan telah meneliti dengan akurasi yang meningkat.
Dengan penelitian tersebut, mereka telah memperoleh pemahaman tentang mekanika cahaya dan peran penting yang dimainkannya dalam fisika, astronomi, dan kosmologi. Sederhananya, cahaya bergerak dengan kecepatan luar biasa dan merupakan benda yang bergerak paling cepat di Alam Semesta.
Kecepatannya dianggap sebagai penghalang yang konstan dan tidak dapat dipecahkan, dan digunakan sebagai alat pengukur jarak. Cahaya bergerak dengan kecepatan konstan 1.079.252.848,8 (1,07 miliar) km per jam. Itu berarti 299.792.458 m/s, atau sekitar 670.616.629 mph (mil per jam).
Baca Juga
Sebagai perbandingan, jika kamu dapat melakukan perjalanan dengan kecepatan cahaya, kamu akan dapat mengelilingi dunia sekitar 7,5 kali dalam satu detik.
Sementara itu, seseorang yang terbang dengan kecepatan rata-rata sekitar 800 km/jam (500 mph), akan membutuhkan waktu lebih dari 50 jam untuk mengelilingi planet sekali saja.
Untuk memasukkannya ke dalam perspektif astronomi, jarak rata-rata dari Bumi ke Bulan adalah 384.398,25 km (238.854 mil). Jadi cahaya melintasi jarak itu dalam waktu sekitar satu detik.
Sedangkan jarak rata-rata Matahari ke Bumi adalah 149.597.886 km (92.955.817 mil), yang berarti bahwa cahaya hanya membutuhkan waktu sekitar 8 menit untuk melakukan perjalanan itu. Tidak heran mengapa kecepatan cahaya adalah metrik yang digunakan untuk menentukan jarak astronomis.
Ketika kita mengatakan bintang seperti Proxima Centauri berjarak 4,25 tahun cahaya, kita mengatakan bahwa dibutuhkan gerak dengan kecepatan konstan 1,07 miliar km per jam (670.616.629 mph) atau sekitar 4 tahun dan 3 bulan untuk sampai ke sana.
Sejarah Tentang Kecepatan Cahaya
Terobosan penting Albert Einstein tentang sifat cahaya, dibuat pada tahun 1905, dapat diringkas dalam pernyataan sederhana: Kecepatan cahaya adalah konstan dilansir HiTekno.com dari America Museum of Natural History.
Albert Einstein memiliki wawasan yang tak terduga dan paradok bahwa cahaya dari sumber yang bergerak memiliki kecepatan yang sama dengan cahaya dari sumber yang tidak bergerak.
Misalnya, berkas cahaya dari mercusuar, dari lampu depan mobil yang melaju kencang, dan dari lampu pada jet supersonik, semuanya bergerak dengan laju konstan seperti yang diukur oleh semua pengamat meskipun ada perbedaan dalam seberapa cepat sumber sinar ini bergerak.
Teori Relativitas Khusus didasarkan pada pengakuan Albert Einstein bahwa kecepatan cahaya tidak berubah bahkan ketika sumber cahaya bergerak.
Meskipun mungkin tampak logis untuk menambahkan kecepatan sumber cahaya dan kecepatan berkas cahaya untuk menentukan kecepatan total, cahaya tidak bekerja dengan cara ini.
Tidak peduli seberapa cepat Albert Einstein mengendarai sepedanya, cahaya yang datang dari lampu depannya selalu bergerak dengan kecepatan yang sama.
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
-
Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
-
Ilmuwan Ungkap Ada Samudra di Bawah Permukaan Satelitnya Uranus, Ada Makhluk Hidup?
-
Ilmuwan Ungkap Struktur Inti Bulan, Hasilnya Mengejutkan
-
Siapa Ibnu Al Haitam? Ternyata Kontribusinya di Bidang Optik Bikin Tercengang
-
Ilmuwan Ungkap bahwa Tikus di New York Mulai Bisa Terjangkit Covid
-
Virus dari Permafrost Siberia Masih Bisa Hidup Lagi dan Berbahaya bagi Manusia
-
Ilmuwan Australia Hasilkan Listrik dari Udara, Ini Resep Rahasianya
-
Apakah Gempa Bisa Diprediksi? Ini Kata Ilmuwan Soal Potensi Gempa di Indonesia
-
Ilmuwan Temukan Koridor Misterius di Piramida Cheops Mesir