Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Panel penasihat pemerintah Jepang telah menyetujui rencana untuk menghidupkan kembali sektor energi nuklir negara itu, Perdana Menteri Fumio Kishida.
Dilansir dari Russia Today, menurut rancangan kebijakan, yang merupakan pembalikan dari rencana penghapusan nuklir negara yang diadopsi setelah bencana Fukushima, tenaga nuklir dikatakan menawarkan produksi energi yang stabil dan memainkan "peran penting sebagai sumber energi baseload bebas karbon dalam mencapai stabilitas pasokan dan netralitas karbon."
Rencana tersebut menyarankan untuk memulai kembali sebagian besar reaktor nuklir yang ada, memperpanjang umurnya melampaui batas 60 tahun dan membangun unit modern baru untuk menggantikan yang lama.
Kebijakan itu, yang dirancang oleh Kementerian Ekonomi dan Industri, sudah mendapat lampu hijau awal pekan ini oleh Otoritas Regulasi Nuklir Jepang, dan sekarang membutuhkan persetujuan dari kabinet menteri.
Baca Juga
Kabinet dapat bertindak segera setelah Februari, menurut outlet berita Nikkei. Langkah terakhir, untuk membuat peraturan itu sah, adalah mendapatkan persetujuan parlemen.
Kecelakaan di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima terjadi pada tahun 2011, ketika gempa bumi berkekuatan 9,0 skala Richter dan tsunami berikutnya menghantam lokasi tersebut, memicu kehancuran dahsyat.
Setelah bencana itu, Jepang mengadopsi rencana penghapusan nuklir, mengurangi pembangkit listrik tenaga nuklirnya hingga serendah 1% dari total output dari sekitar 30% sebelum insiden, dan mematikan sebagian besar reaktor. Namun, Tokyo kemudian mulai secara bertahap memulai kembali reaktor untuk memerangi masalah pasokan energi.
Pada bulan Mei tahun ini, Perdana Menteri Kishida berjanji untuk mengaktifkan kembali pembangkit nuklir yang menganggur untuk menstabilkan harga dan pasokan energi karena ketidakpastian pasar energi di tengah perang sanksi terkait Ukraina antara Rusia dan Barat.
Jepang, yang berpihak pada Barat dalam memberikan sanksi kepada Moskow, sangat bergantung pada impor energi, termasuk dari Rusia. Tahun lalu, sekitar 4% minyak mentah negara itu dan 9% gasnya berasal dari Rusia.
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
-
7 Makanan Jepang di Anime Suzume no Tojimari
-
5 Cara Bilang I Love You Pakai Bahasa Jepang, Cocok untuk Nembak Gebetan
-
5 Artis Indonesia yang Ternyata Wibu, Nomor 4 Banyak yang Nggak Percaya
-
Urutan 5 Pemain Bola Terjago Timnas Jepang di Anime Tsubasa, Nomor 4 Bikin Nggak Nyangka
-
Stabil Usai Dihajar Sanksi AS, Industri Chip China Malah Terancam Terpukul oleh Hukuman Jepang
-
Asus Bawa ROG Ally ke Jepang, Kini Sudah Open PO
-
Mau Manggung di Jakarta September Nanti, Ini Fakta Unik tentang ONE OK ROCK
-
Fakta Unik Larc en Ciel: Sering Isi Soundtrack Anime dan Pernah Konser di Indonesia
-
Harga Jepit Rambut Kecil yang Dipakai Nagita Slavina Bikin Netizen Melongo, Terlalu Mahal?