Sabtu, 27 April 2024
Cesar Uji Tawakal : Selasa, 27 Desember 2022 | 20:49 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Panel penasihat pemerintah Jepang telah menyetujui rencana untuk menghidupkan kembali sektor energi nuklir negara itu, Perdana Menteri Fumio Kishida.

Dilansir dari Russia Today, menurut rancangan kebijakan, yang merupakan pembalikan dari rencana penghapusan nuklir negara yang diadopsi setelah bencana Fukushima, tenaga nuklir dikatakan menawarkan produksi energi yang stabil dan memainkan "peran penting sebagai sumber energi baseload bebas karbon dalam mencapai stabilitas pasokan dan netralitas karbon."

Rencana tersebut menyarankan untuk memulai kembali sebagian besar reaktor nuklir yang ada, memperpanjang umurnya melampaui batas 60 tahun dan membangun unit modern baru untuk menggantikan yang lama.

Kebijakan itu, yang dirancang oleh Kementerian Ekonomi dan Industri, sudah mendapat lampu hijau awal pekan ini oleh Otoritas Regulasi Nuklir Jepang, dan sekarang membutuhkan persetujuan dari kabinet menteri.

Kabinet dapat bertindak segera setelah Februari, menurut outlet berita Nikkei. Langkah terakhir, untuk membuat peraturan itu sah, adalah mendapatkan persetujuan parlemen.

Kecelakaan di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima terjadi pada tahun 2011, ketika gempa bumi berkekuatan 9,0 skala Richter dan tsunami berikutnya menghantam lokasi tersebut, memicu kehancuran dahsyat.

Setelah bencana itu, Jepang mengadopsi rencana penghapusan nuklir, mengurangi pembangkit listrik tenaga nuklirnya hingga serendah 1% dari total output dari sekitar 30% sebelum insiden, dan mematikan sebagian besar reaktor. Namun, Tokyo kemudian mulai secara bertahap memulai kembali reaktor untuk memerangi masalah pasokan energi.

Pada bulan Mei tahun ini, Perdana Menteri Kishida berjanji untuk mengaktifkan kembali pembangkit nuklir yang menganggur untuk menstabilkan harga dan pasokan energi karena ketidakpastian pasar energi di tengah perang sanksi terkait Ukraina antara Rusia dan Barat.

Jepang, yang berpihak pada Barat dalam memberikan sanksi kepada Moskow, sangat bergantung pada impor energi, termasuk dari Rusia. Tahun lalu, sekitar 4% minyak mentah negara itu dan 9% gasnya berasal dari Rusia.

BACA SELANJUTNYA

Harga Jepit Rambut Kecil yang Dipakai Nagita Slavina Bikin Netizen Melongo, Terlalu Mahal?