Kamis, 25 April 2024
Rendy Adrikni Sadikin | Amelia Prisilia : Rabu, 02 Mei 2018 | 15:22 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Teknologi Artificial Intelligence (AI) adalah bentuk kecerdasan yang ditambahkan pada suatu sistem yang bisa diatur dalam konteks ilmiah atau Intelegensi Artifisial.

Artificial Intelligence (AI) sudah menjadi bagian dalam keseharian kita, walaupun masih membutuhkan bertahun-tahun untuk penyempurnaannya.

Salah satu contoh penggunaan AI dalam keseharian ada pada ramalan cuaca, penyaring email spam, prediksi Google, hingga Siri.

Hadirnya teknologi AI ini memang memberikan peningkatan produktivitas dan percepatan inovasi dalam berbagai bidang.

Selain itu AI juga menjadi bagian penting dalam agenda Nasional "Making Indonesia 4.0" yang diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo.

Inisiatif Revolusi Industri 4.0 ini diharapkan mampu menghasilkan transformasi yang pesat dan menyeluruh di seluruh Indonesia.

Sebagai contoh, perusahaan pengiriman kontainer global, OOCL, melaporkan bahwa penggunaan AI pada bisnis mereka, telah berhasil membuat penghematan besar setiap tahunnya.

Di Indonesia, bank swasta dan milik negara seperti Bank Central Asia, Bank Mandiri, dan Bank Rakyat Indonesia juga telah mulai menggunakan teknologi AI pada chat bot virtual untuk memaksimalkan pelayanan mereka.

Chat bot virtual ini merupakan sebuah program komputer yang dirancang untuk melakukan simulasi percakapan intelektual dengan satu atau lebih manusia, secara audio maupun teks.

Pada peringatan Hari Buruh Internasional kemarin (01/5/2018), Direktur Utama Microsoft Indonesia, Haris Izmee, mengatakan bahwa AI merupakan teknologi yang dapat mengantikan sesuatu.

"Sambil kami kagum dengan manfaat yang diberikan Artificial Intelligence, kami juga menyadari bahwa AI merupakan teknologi yang dapat menggantikan sesuatu, terutama ketika berbicara mengenai fungsinya dalam menggantikan lapangan pekerjaan. Faktanya, topik penting pembicaraan yang muncul ketika saya bertemu dengan para pimpinan perusahaan dan pemerintahan di Asia Pasifik adalah pencabangan AI dalam tenaga kerja. Kita perlu bertanya pada diri kita sendiri jika gangguan sosial yang AI dapat ciptakan akan secara keseluruhan lebih besar dibandingkan dengan manfaatnya" ungkap Haris.

Evolusi Pekerjaan dalam Masa Depan Berbasis AI

Studi Microsoft IDC yang berjudul "Unlocking the Economic Impact of Digital Transformation in Asia Pacific", menunjukan bahwa 85% pekerjaan di Asia Pasifik akan mengalami transformasi dalam tiga tahun ke depan.

Hal ini mendapat pembenaran dari para responden studi tersebut yang mengatakan bahwa lebih dari 50% pekerjaan akan dialihkan untuk meningkatkan keterampilan informasi digital.

26% dari studi ini menunjukan jenis pekerjaan baru yang diciptakan dari transformasi digital, akan mengimbangi 27% pekerjaan yang dikerjakan secara otomatis.

Sumber foto: Microsoft

Evolusi pekerjaan dalam masa depan berbasis AI tentu akan netral jika melihat dari jumlah presentase studi ini.

Membangun Masa Depan yang Lebih Baik dengan AI

Ada beberapa hal mengenai AI dan dampaknya terhadap pekerjaan dan karir.

Yang pertama, berbagai organisasi dan negara yang bersaing dalam penggunaan AI akan menjadi pengadopsi awal dari teknologi ini.

Alasannya ialah, AI akan berguna sebagai kecerdasan yang dibutuhkan dan mampu membuat manusia menjadi lebih produktif pada setiap bidang usaha yang otomatis mengarah pada pertumbuhan ekonomi.

Yang kedua, AI juga akan membuat manusia menjadi lebih siap dengan perubahan yang akan datang. Tentunya dengan berbagai perubahan yang diakselerasi oleh AI.

Yang ketiga, untuk meminimalisir dampak negatif, maka perusahaan teknologi, organisasi swasta, dan publik akan bersatu dengan rasa tanggung jawab bersama dan kepercayaan terhadap teknologi ini.

Wujud nyata dari kepercayaan Microsoft pada demokratisasi AI ada pada setiap PC yang dapat diakses oleh semua orang ketika pertama kali Microsoft didirikan

Artificial Intelligence dan Implikasinya di Indonesia

Indonesia memang masih pada tahap awal adopsi AI, namun melihat dari pertumbuhan perusahaan yang mengadopsi chat bot bertenaga AI, muncul kekhawatiran jika nantinya manusia akan tertarik berbincang dengan bot dibandingkan dengan sesama manusia.

Untuk itu, Microsoft Indonesia memperkenalkan aturan baru untuk chat bot yaitu "Hukum Pertama untuk Bot Sosial".

Hukum pertama untuk bot sosial ini bertujuan untuk mendorong komunikasi manusia dengan manusia secara langsung atau tidak langsung.

Pengembang chat bot, harus berfokus pada bagaimana membangun sebuah dunia empati dimana manusia dan bot saling berhubungan secara emosional satu sama lain.

Microsoft sebagai salah satu pengembang chat bot sudah menerapkan hukum ini pada sosial bot milknya yaitu Rinna.

Sumber foto: Microsoft

Rinna diprogram sebagai seorang perempuan muda yang dapat membangun komunikasi antara manusia dan manusia dalam berbagai bentuk.

Haris Izmee berharap mengenai perkembangan teknologi AI ke depannya agar tidak hanya dikendalikan oleh beberapa organisasi saja.

AI seharusnya dapa dibangun oleh semua orang dengan visi yang sama yaitu bermanfaat bagi perekonomian dan mengatasi permasalahan masyarakat.

"Masa depan AI bisa cerah atau redup. Pandangan saya adalah teknologi pengganti yang merupakan sebuah norma, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan teknologi yang ada. Untuk bisa beradaptasi, semua pihak perlu banyak waktu untuk saling mendengarkan dan belajar mengenai teknologi baru." tutup Haris.

Hitekno.com/Amelia Prisilia

BACA SELANJUTNYA

Microsoft Rilis Pembaruan Bing Chat Baru, Widget di iOS Kini Sudah Hadir