Rabu, 17 April 2024
Agung Pratnyawan : Selasa, 24 Juli 2018 | 08:47 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Bisnis akun palsu dan buzzer di Indonesia mendapatkan sorotan dari media asing. Terutama penggunaan akun palsu oleh buzzzer politik.

Menurut laporan The Guardian, penggunaan akun palsu di Indonesia bukan untuk main-main. Akun palsu digunakan untuk peperangan politik.

Akun-akun palsu ini digunakan untuk menyerang lawan politik di media sosial. Disebutkan pula, tim di balik akun-akun ini mendapatkan bayaran yang cukup tinggi.

Dalam operasionalnya, banyak merekrut mahasiswa. Setiap orang bisa mengantongi upah 280 dolar AS atau sekitar Rp 4 juta sebulan.

Tim ini juga bertempat di sebuah rumah mewah sekitar Jakarta Pusat. Mereka ditugaskan untuk mengoperasikan akun palsu di Twitter dan Facebook.

sumber foto: pixabay

Setiap harinya masing-masing harus mempostingkan 60 hingga 120 tweet dan beberapa kali di Facebook.

Mereka menyebutnya sebagai tim buzzer, sekelompok orang yang bertugas meramaikan sebuah isu di media sosial.

Tidak semua tim buzzer politik menggunakan akun palsu, beberapa akun asli miliknya.

Sumber The Guardian menyebutkan dirinya punya tim beranggotakan 20 orang. Setiap orangnya mengoperasikan 11 akun media sosial.

Tim ini dapat memproduksi sekitar 2.400 postingan di Twitter untuk satu harinya.

Mereka berkoordinasi dalam sebuah grup WhatsApp yang bernamakan Pasukan Khusus. Di dalamnya terdiri dari 80 anggota.

Tim ini mensuplai konten dan hashtag harian untuk digunakan di Twitter.

Akun-akun palsu yang digunakan bukanlah anonymous, mereka menggunakan data diri dan foto yang ditemukan dari hasil pencarian Google.

Terkadang mereka juga memakai foto dari teman atau dari Facebook dan grup WhatsApp. Kebanyakan foto wanita cantik yang digunakan untuk menarik perhatian.

Sedangkan di Facebook, mereka biasanya membuat akun menggunakan foto artis luar negeri yang terkenal.

Ilustrasi foto di Internet. [pixabay].

Dalam rumah tempat tim ini beroperasi ada beberapa ruangan. Masing-masing ruangan memiliki tugas dan konten tersendiri.

Ruangan pertama bertugas menyebar konten positif pada kandidat yang diusung. Ruangan kedua bertugas menyebar konten negatif dan kebencian pada lawan.

Dilaporkan juga, bisnis buzzer politik melalui media sosial ini menawarkan keuntungan yang menggiurkan.

Beberapa buzzer politik bisa meraup hingga Rp 20 juta untuk sebuah tweet saja.

Untuk membuat trending topik di Twitter butuh biaya sekitar Rp 1 juta hingga Rp 4 juta.

Kepolisian telah bergerak mengungkap dan menangkapi kelompok penebar hoax dan ujaran kebencian.

Namun para buzzer politik dan bisnis akun palsu yang berada di area abu-abu dapat lolos.

Kini buzzer politik yang menggunakan akun palsu semacam ini masih terus beroprasi. Dan bisnis akun palsu seperti ini masih laris.

BACA SELANJUTNYA

Lihat Foto Jadul Siswi Belanda dan Indonesia, Netizen Malah Teringat Suzzanna