Jum'at, 29 Maret 2024
Agung Pratnyawan : Kamis, 05 Maret 2020 | 15:32 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - F5 Networks mengumumkan laporan State of Application Services (SOAS) 2020: Edisi Asia Pasifik. Hasil survei tahun ini menunjukkan banyak perusahaan mulai menyadari manfaat dari meningkatnya skala dan kecepatan aplikasi yang mereka jalankan dalam bisnis mereka.

Namun, kelebihan ini dapat menciptakan kerumitan yang signifikan ketika sebuah perusahaan berupaya mempertahankan infrastruktur lama, tapi semakin mengandalkan beberapa public cloud dan private cloud, mengimplementasikan arsitektur aplikasi modern, dan menghadapi lanskap ancaman yang terus berubah dan semakin canggih. 

Pada saat yang bersamaan, perusahaan-perusahaan menerapkan lebih banyak layanan aplikasi yang didesain untuk mempercepat implementasi di lingkungan public cloud dan container-native, seperti service mesh dan ingress control.

Data survei SOAS 2020 mengindikasikan bahwa tren ini akan semakin cepat ketika perusahaan-perusahaan semakin mahir dalam memanfaatkan data yang dihasilkan oleh ekosistem aplikasi mereka. Hal ini menciptakan kemampuan analitik canggih dan hasil bisnis yang lebih baik.

Meski begitu, sebagian besar perusahaan masih berusaha untuk meningkatkan keamanan aplikasi mereka, dengan fokus untuk mempercepat upaya menghadirkan layanan ke pasar dibandingkan keamanan.

"Dalam perekonomian digital yang semakin terkoneksi saat ini, cara perusahaan berhubungan dengan pelanggan dan menciptakan pemasukan sangat bergantung pada pengalaman digital yang didukung oleh aplikasi. Dalam banyak hal, aplikasi bukan lagi sekadar bagian dari bisnis. Aplikasi adalah bisnis itu sendiri,"kata Adam Judd, Senior Vice President, Asia Pasifik, China, dan Jepang di F5 Networks.

"Laporan tahun ini menunjukkan satu tren penting yang terus mewarnai bisnis di Asia Pasifik, yakni kesenjangan skill di bidang keamanan. Memanfaatkan kesempatan dan menerobos siklus disrupsi menuntut perusahaan-perusahaan untuk berinvestasi di SDM, teknologi, dan mitra terpercaya agar dapat membangun dan mengimplementasikan aplikasi yang lebih cepat, selalu tersedia, dan lebih aman di seluruh lingkungan (on-premise maupun cloud)."

Laporan ini merupakan hasil masukan dari hampir 2.600 responden di seluruh dunia (dengan 1.300 responden dari Asia Pasifik) di berbagai industri, ukuran perusahaan, dan peran.

Ilustrasi keamanan internet. (Pixabay)

Responden ditanya mengenai tantangan dan peluang yang tercipta di tengah proses transformasi digital saat ini. Tanggapan mereka memberikan pandangan yang unik terhadap tren yang membentuk lanskap aplikasi dan bagaimana perusahaan di seluruh dunia bertransformasi demi memenuhi tuntutan perekonomian digital yang terus berubah. 

Temuan-Temuan Utama Survei

Survei ini menunjukkan bahwa ketika perusahaan mengelola arsitektur lama, multi-cloud, hybrid-cloud dan modern dalam menjalankan aplikasi, persyaratan untuk layanan aplikasi pun ikut berkembang.

Untuk mengatasi terbatasnya keahlian dan tantangan integrasi, perusahaan memilih ekosistem terbuka yang menawarkan standarisasi. Responden sangat menghargai layanan aplikasi yang aman dan mudah digunakan. 

Secara keseluruhan, temuan utama untuk Asia Pasifik mengungkap bahwa kawasan ini setara dengan dunia secara keseluruhan dalam hal transformasi digital. Namun, penggalian yang lebih dalam pada temuan pasar mengungkapkan adanya perbedaan kecil di antara perusahaan-perusahaan di kawasan tersebut.

Responden dari negara-negara seperti Australia, Selandia Baru, ASEAN, dan India melaporkan dimulainya berbagai proyek transformasi digital yang mencakup menyertakan teknologi-teknologi baru dalam proses operasionalnya.

Namun, respon yang disampaikan juga mengungkapkan bahwa berbagai perusahaan di negara-negara tersebut juga menghadapi tantangan dalam bentuk  aplikasi bisnis yang jumlahnya berlebihan.

Di sisi lain, negara-negara seperti China, Hong Kong, Taiwan, Korea dan Jepang masih berada di tahap awal dalam implementasi inisiatif transformasi digital.

Beberapa perusahaan berusaha mengimplementasikan teknologi baru tertentu seperti kecerdasan buatan (AI) atau mengotomasi infrastruktur aplikasi mereka. Laporan ini membeberkan penelitian secara mendalam yang menghasilkan lima temuan utama sebagai berikut:

82 persen perusahaan di Asia Pasifik (global 80 persen) melaksanakan transformasi digital yang semakin menekankan percepatan penyediaan layanan di pasar

Seiring dengan berjalannya inisiatif transformasi digital yang dilakukan perusahaan, inisiatif optimalisasi proses TI dan bisnis menjadi semakin matang.

Banyak perusahaan telah bergerak melampaui dasar-dasar otomasi proses bisnis dan saat ini tengah meningkatkan jejak digital mereka dengan cloud, kontainer, dan orkestrasi. Hal ini akhirnya menciptakan ekosistem baru dan pertumbuhan besar dalam volume panggilan API (API call).

Sementara bagi 60 persen perusahaan, aplikasi sangat penting bagi bisnis dengan 38 persen menyatakan aplikasi mendukung bisnis dan memberikan keunggulan yang kompetitif. 

86 persen perusahaan di Asia Pasifik (global 87 persen) sudah menerapkan multi-cloud dan sebagaian besar masih berkutat dengan masalah keamanan. 

Perusahaan-perusahaan memanfaatkan public cloud untuk berpartisipasi dalam ekosistem industri, mengambil keuntungan dari arsitektur cloud-native, dan menjalankan aplikasi secara cepat.

Hasil ini terlihat dari 28 persen responden di Asia Pasifik yang melaporkan akan memasang lebih dari setengah aplikasi mereka di cloud pada akhir 2020. 

Namun, perusahaan-perusahaan tersebut kurang percaya diri dalam kemampuan mereka untuk menahan serangan pada lapisan (layer) aplikasi di public cloud dibandingkan data center internal perusahaan (on-premise).

Di seluruh Asia Pasifik, 76 persen perusahaan melaporkan kesenjangan kemampuan terbesar adalah di bidang keamanan.

Perbedaan ini menggambarkan kebutuhan yang terus meningkat untuk mencari solusi yang mudah diimplementasikan guna memastikan bahwa keamanan konsisten di berbagai lingkungan. 

71 persen perusahaan di Asia Pasifik (global 73 persen) melakukan otomasi jaringan untuk meningkatkan efisiensi.

Tidak mengejutkan, mengingat penggerak utama transformasi digital, yakni optimalisasi TI dan proses bisnis, sebagian besar perusahaan-perusahaan tersebut melakukan otomasi jaringan.

Meskipun menghadapi tantangan, perusahaan memperoleh kemampuan dan bergerak menuju implementasi berkelanjutan yang lebih konsisten dalam komponen-komponen penting: infrastruktur aplikasi, layanan aplikasi, jaringan, dan keamanan.

68 persen perusahaan di Asia Pasifik (global 69 persen) menggunakan 10 atau lebih layanan aplikasi.

Dengan makin matang dan meningkatnya kemampuan arsitektur aplikasi cloud-native baru, sebagian besar perusahaan menggunakan layanan aplikasi terkait seperti ingress control dan service discovery baik di lingkungan data center internal maupun di public cloud.

Sebuah lanskap aplikasi modern membutuhkan layanan aplikasi modern untuk mendukung persyaratan skala, keamanan, dan ketersediaan. 

63 persen perusahaan masih menempatkan tanggung jawab utama layanan aplikasi kepada operasional TI, tapi lebih dari setengah yang disurvei juga beralih ke tim yang terinspirasi DevOps.

Tim operasional dan infrastruktur masih memikul tanggung jawab utama untuk memilih dan menggunakan layanan aplikasi. Namun ketika perusahaan memperluas portofolio aplikasi cloud-native dan container-native mereka, kelompok DevOps mengambil lebih banyak tanggung jawab untuk layanan aplikasi.

BACA SELANJUTNYA

Hasil Studi Cloudflare, Indonesia Rugi Rp 15 Miliar akibat Insiden Keamanan Siber