Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Ada hal lain yang perlu diwaspadai terkait pandemi COVID-19 kali ini, yaitu penyebaran hoaks, terutama melalui grup WhatsApp.
"Berbahaya justru media tertutup seperti WA grup. Ini kan selama kita di rumah, isengnya kan WA grup," kata Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo Prof. Dr. Widodo Muktiyo, S.E., M.Kom dalam siaran langsung pada kanal YouTube BNPB Indonesia, Rabu (13/5/2020).
Widodo menjelaskan, ada tiga level dalam penyebaran berita bohong di masyarakat. Level pertama terjadi melalui jaringan internet secara luas. Level kedua melalui media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Twitter. Level ketiga melalui jaringan Whatsapp grup dan dianggap menjadi yang paling berbahaya.
"Informasi sekarang sudah era medsos. Bisa memproduksi sendiri, menyebar sendiri, tidak ada izin. Hanya nanti memang kita punya dalam UU ITE kalau menyalahi aturan maka ada sanksinya," kata Widodo.
Baca Juga
-
Makan Mie Instan Pakai Cabai 45 Biji Viral, Netizen: Ususnya Menangis
-
Surat Bebas COVID-19 Dijual Bebas, Bukalapak dan Tokopedia Buka Suara
-
3 Indonesia Sediakan Internet Gratis untuk 23 Rumah Sakit di 20 Kota
-
Makin Banyak, Kini Video Call di WhatsApp Bertambah Jadi 50 Pengguna
-
Gabut Banget! Jumlah Pesan Grup WhatsApp Ini Bikin Netizen Melongo
Ia menyampaikan, sampai hari ini ada 103 kasus penyalahgunaan internet di media sosial yang bermasalah hukum. Sementara terkait penyebaran berita bohong terkait Covid-19 tercatat 686 per hari ini.
"Artinya memang tidak serta merta mengonsumsi informasi. Ada oknum masyarakat yang sengaja membuat informasi jadi gaduh," ucapnya.
Terkait penyebaran hoaks di media sosial, Widodo menjelaskan bahwa jika terbukti ada pelanggaran, pemilik akun bisa ditangkap oleh pihak keamanan. Jika tidak, tindakan yang diambil dengan takedown akun penyebar informasi palsu tersebut.
"Masyarakat jangan sampai menelan semua informasi. Informasikan ibarat makanan. Kalau makanan dan pikiran terlalu macam-macam, sampai gak ngerti benar atau salahnya. Pada saat isu melebar ke ekonomi, sosial, bantuan sosial akan memudahkan persepsi keliru dan merugikan kita sebagai bangsa," tuturnya. (Suara.com/Lilis Varwati)
Terkini
- Grab Dapatkan Sertifikat Penetapan Program Kepatuhan Persaingan Usaha dari KPPU RI
- Universitas Indonesia dan Yandex Gelar Seminar AI yang Komprehensif
- Kolaborasi Huawei dan Telkomsel, Hadirkan Modem Orbit Star H2 dengan Paket Kuota FantaSix 150 GB
- Yandex, Kominfo, dan ITB Bahas Pengembangan AI yang Aman dan Beretika
- Aplikasi Merchant BCA Resmi Diluncurkan untuk Pelaku Usaha, Apa Kelebihannya?
- CCTV Tak Cukup Jadi Bukti Kejahatan? Cek Tips Sistem Keamanan Terintegrasi dari Nawakara
- Update Software Samsung Galaxy S24 Series, Hadirkan Pengalaman Display Vivid yang Makin Optimal
- Nuon Optimistis Dorong Transformasi Digital Melalui Inovasi di Industri Hiburan
- Google Resmi Ganti Bard Menjadi Gemini, Ini Tujuannya
- Kolaborasi Plan Indonesia dan Microsoft, Luncurkan Program AI TEACH for Indonesia
Berita Terkait
-
CEK FAKTA: Bikin Banyak Orang Kegocek, Ini yang Perlu Anda Tahu tentang Nokia Minima 2100
-
CEK FAKTA: Benarkah Nokia akan Luncurkan N73 Reborn? Atau Cuma HP Hoaks?
-
CEK FAKTA: Arya Saloka Meninggal Usai Kecelakaan Naik Moge, Benarkah?
-
CEK FAKTA: Kasus Korupsi BTS Bikin Surya Paloh Terancam Hukuman Mati, Benarkah?
-
CEK FAKTA: Tangis Putri Candrawati Pecah Usai Melihat Kuat Ma'ruf dan Sambo Dieksekusi, Benarkah?
-
Selama Januari-April 2023, Kominfo Deteksi 441 Hoaks
-
CEK FAKTA: Benarkah Isi Chat WhatsApp Pemenang Hadiah Undian Pesta Panen BRI Ini
-
Hoaks: Pemain Timnas Indonesia Jordi Amat Diminati Real Madrid, Begini Faktanya
-
Hoaks: Peru Resmi Gantikan Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 2023, Ini Faktanya
-
Cek Fakta: Kemunculan Nokia Edge Pesaing iPhone: Hoaks atau Bukan?