Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Mengaku telah mengantongi sebanyak 2,3 juta data WNI, seorang hacker mengaku memperoleh dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Meski belum dipastikan kepastian kabar tersebut, pengamat keamanan siber Alfons Tanujaya menilai bahwa kasus kebocoran data seperti ini sering terjadi di dunia dan tak pandang bulu.
"Sebenarnya kebocoran data memangsering terjadi dan bukan di Indonesia saja. Kalau diperhatikan di situs-situs penjualan data, hal ini sering terjadi," terang Alfons ketika dihubungi Suara.com, Jumat (22/5/2020).
Menurutnya, frekuensi jual beli data di pasar gelap internet adalah sebuah komoditas vital di era digital seperti sekarang ini.
Baca Juga
-
Data Bocor Sebanyak 2,3 Juta Dijual di Pasar Gelap, Milik KPU?
-
Auto Banjir Like, Ini 4 Aplikasi Edit Foto ala Selebgram
-
Komentar Nyinyir Dibalas Yasonna Laoly, Netizen: Masnya Nggak Ada Takut
-
Sering Belanja Online Jadi Sasaran Empuk Hacker, Ini Kata Peneliti
-
Pengguna Nintendo Switch Keluhkan Akunnya Dibobol Hacker
"Data bocor karena secara de facto data sudah menjadi new oil atau komoditas penting di masa digital ini, sehingga banyak orang yang berkepentingan dengan data dan jika bisa di olah dengan baik akan menghasilkan keuntungan luar biasa," imbuhnya.
Berkaca dari banyaknya kasus peretasan data sekarang ini, Alfons menambahkan bahwa seharusnya situasi ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak.
"Harus diakui bahwa semua pihak, baik pemerintah maupun pihak swasta perlu belajar banyak bagaimana mengelola dan melindungi data dengan baik. Kita jujur saja, dan kalau ada kesalahan tidak perlu saling menuding tetapi kita pelajari kesalahan itu dan belajar dari kesalahan. Lalu mencari cara bagaimana supaya kesalahan itu tidak terulang. Kalau hal ini dilakukan dengan konsisten, lama kelamaan kita akan makin baik dalam mengelola dan melindungi data," ujarnya.
PR Besar
Di sisi lain, peretasan data di lembaga pemerintah menjadi bukti bahwa keamanan siber di Tanah Air masih rendah.
"Kalau dibandingkan dengan beberapa negara maju, memang Indonesia lebih lemah, tetapi hal ini harusnya menjadi cambuk untuk terus belajar dan memperbaiki diri," kata Alfons.
Ironisnya, kelemahan itu dinilai Alfons bukan berasal dari teknologi siber yang dimiliki Indonesia, melainkan dari sikap masyarakatnya sendiri.
"Tidak, bukan teknologi yang tertinggal. Kesadaran akan pentingnya data dan kedisiplinan untuk mengelola data dengan baik itu yang perlu ditanamkan. Pendidikan digital dan kesadaran atas pentingnya pengamanan data/aset digital harus ditanamkan sejak awal," terang Alfons.
"Peningkatan kemampuan SDM dalam pengelolaan data dan kesadaran akan pentingnya nilai data itu yang menjadi PR yang besar," tutup pengamat sekuriti dari Vaksincom tersebut.(Suara.com/Tivan Rahmat)
Terkini
- HSPNet Hadirkan Jaringan B3JS dan BDMCS dengan Kapasitas Tinggi
- Intel Dorong Pengembangan AI untuk Enterprise dengan Gaudi 3
- Dukung QRIS dan BI Fast, Bank Saqu Ikut Meramaikan JakCloth Ramadan 2024
- Melalui Transformasi Digital, PointStar Mendukung Upaya Pemerintah Mencapai Target Pertumbuhan Ekonomi 2024
- Grab Dapatkan Sertifikat Penetapan Program Kepatuhan Persaingan Usaha dari KPPU RI
- Universitas Indonesia dan Yandex Gelar Seminar AI yang Komprehensif
- Kolaborasi Huawei dan Telkomsel, Hadirkan Modem Orbit Star H2 dengan Paket Kuota FantaSix 150 GB
- Yandex, Kominfo, dan ITB Bahas Pengembangan AI yang Aman dan Beretika
- Aplikasi Merchant BCA Resmi Diluncurkan untuk Pelaku Usaha, Apa Kelebihannya?
- CCTV Tak Cukup Jadi Bukti Kejahatan? Cek Tips Sistem Keamanan Terintegrasi dari Nawakara
Berita Terkait
-
Link Phising Marak Beredar, Waspada Jika Terjadi Gejala Ini di HP Anda
-
Gegara Hacker dan Scam, Investor Kripto Kehilangan Rp 1,5 Triliun pada April 2023
-
Ancaman Siber, Pakar Temukan Aplikasi Berbahaya Google Play Dijual di Darknet
-
Exchange Bitrue Diserang Hacker, Kripto Senilai Ratusan Miliar Rupiah Hilang
-
Penelitian Kaspersky Ungkap Bagaimana Bisnis Gelap Terjadi di Darknet
-
Asal Nama Bjorka dan Serentetan Aksi Jahatnya, Termasuk Bongkar Data Rafael Alun
-
Bjorka Ejek BPJS Ketenagakerjaan, Sang Hacker Mulai Aktif di Telegram dan Twitter
-
Diduga Data Rafael Alun Trisambodo Diumbar Bjorka, Termasuk Kepemilikan Kendaraan
-
Kembali Beraksi, Kini Bjorka Sebar Data Pribadi Diduga Punya Mantan Pejabat Ditjen Pajak
-
Bjorka Umbar Data Pribadi Diduga Milik Rafael Alun Trisambodo