Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - NASA telah berhasil meneliti sampel tanah liat yang dikumpulkan dari Kawah Gale di Mars pada 2016 silam. Apa yang didapatkan dari Planet Merah tersebut?
Sampel tanah Mars ini didapatkan melalui misi yang dilakukan robot penjelajah Curiosity NASA pada 2016 silam.
Ada kemungkinan mengandung sisa-sisa mineral yang menunjukkan bahwa Planet Merah memiliki kondisi layak huni hingga satu juta tahun lalu.
Para ilmuwan menganalisis sampel dari kawah dan menemukan mineral tanah liat secara struktural dan komposisi terkait dengan tanah liat glaukonit.
Baca Juga
Glaukonit juga ditemukan di Bumi. Kehadirannya di Mars menunjukkan planet itu pernah memiliki kondisi stabil, dengan suhu 26-123 derajat Fahrenheit dan air di dalam Kawah Gale memiliki tingkat pH netral.
Penjelajah Curiosity NASA tiba di Kawah Gale pada Agustus 2012 dan telah mencari tanda-tanda air serta senyawa organik di dalam tanah Mars sejak saat itu.
Para ahli telah lama memperkirakan bahwa kawah selebar 96 mil itu berisi danau purba berusia 10 juta tahun sekitar 3,5 miliar tahun lalu, tapi tim ahli belum menentukan apakah air itu cocok untuk kehidupan.
Dilansir dari Daily Mail, Selasa (29/6/2021), tim kemudian mempelajari sampel yang diambil Curiosity di lereng bawah gundukan tengah yang disebut Aeolis Mons.
Pemodelan geokimia digunakan untuk mendapatkan informasi tentang komposisi air di danau Kawah Gale. Juga, untuk mengevaluasi apakah itu konsisten dengan pembentukan tanah liat glaukonit di Bumi.
Meskipun penelitian menunjukkan Mars pernah memiliki kondisi layak huni, mineral tanah liat ini bukanlah bukti bahwa kehidupan benar-benar ada di Planet Merah.
Untuk membuktikan hal itu, penjelajah baru Perseverance NASA sedang menyelidikinya dengan mengumpulkan sampel dan mencari tanda-tanda kehidupan kuno di Kawah Jezero.
Itulah hasil penelitian dari sampel tanah Mars dari Kawah Gale, NASA mendapati kalau Planet Merah ini pernah dalam kondisi layak huni pada 1 juta tahun silam. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).
Terkini
- Garmin Run 2024 Asia Series di Indonesia, Perayaan Pecinta Lari Segala Level
- HSPNet Hadirkan Jaringan B3JS dan BDMCS dengan Kapasitas Tinggi
- Intel Dorong Pengembangan AI untuk Enterprise dengan Gaudi 3
- Dukung QRIS dan BI Fast, Bank Saqu Ikut Meramaikan JakCloth Ramadan 2024
- Melalui Transformasi Digital, PointStar Mendukung Upaya Pemerintah Mencapai Target Pertumbuhan Ekonomi 2024
- Grab Dapatkan Sertifikat Penetapan Program Kepatuhan Persaingan Usaha dari KPPU RI
- Universitas Indonesia dan Yandex Gelar Seminar AI yang Komprehensif
- Kolaborasi Huawei dan Telkomsel, Hadirkan Modem Orbit Star H2 dengan Paket Kuota FantaSix 150 GB
- Yandex, Kominfo, dan ITB Bahas Pengembangan AI yang Aman dan Beretika
- Aplikasi Merchant BCA Resmi Diluncurkan untuk Pelaku Usaha, Apa Kelebihannya?
Berita Terkait
-
Honkai Impact 3 Siap Rilis Update v7.2 Sayap Menuju Mars
-
Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
-
UAE Siap Mengembangkan Pesawat Luar Angkasa untuk Menjelajahi Sabuk Asteroid Mars
-
Jarak Bumi ke Mars Jutaan Kilometer, Berapa Waktu Perjalanannya?
-
Berapa Jarak Bumi ke Matahari dan Bagaimana Cara Mengukurnya?
-
Berapa Jarak Bumi ke Bulan, Lengkap Fakta Menariknya
-
Kenapa Bintang Digambarkan dengan Lima Sudut, Padahal Aslinya Bulat
-
12 Orang yang Pernah Menginjakkan Kaki di Bulan, Tak Hanya Neil Armstrong
-
Sebuah Komet Hijau Mendekati Bumi, Lintasannya Bisa Terlihat?
-
NASA Temukan Planet Mirip Bumi yang Kedua, Bisa Dihuni Manusia?