Sabtu, 20 April 2024
Agung Pratnyawan | Amelia Prisilia : Selasa, 02 Oktober 2018 | 11:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Gempa berkekuatan 7,4 SR yang mengguncang Palu dan Donggala pada Jumat (28/09/2018) melumpuhkan kota tersebut dengan tsunami yang datang sesudahnya.

Menurut lembaga nirlaba Aksi Cepat Tanggap (ACT), korban tewas akibat gempa di Palu dan Donggala sudah mencapai 1.203 orang.

Gempa Palu dan Donggala ini disebabkan oleh deformasi dengan mekanisme pergerakan struktur sesar mendatar (Slike-Slip).

Tepat pukul 17.02 WIB di lokasi 0.18 LS dan 119.85 BT (26 kilometer dari Utara Donggala Sulawesi Tengah). Gempa ini masuk dalam kategori gempa dangkal dengan kedalaman 10 kilometer. Kategori gempa ini mampu menimbulkan kerusakan yang besar jika dibandingkan dengan gempa lainnya.

Kebanyakan gempa bumi terjadi karena pergerakan antara lempengan bumi seperti sesar normal, sesar terbalik, dan sesar mendatar.

Gempa dan tsunami Palu dan Donggala. (Suara.com/Muhammad Yasir)

Gempa Palu sendiri termasuk dalam sesar mendatar atau Strike Slip Fault yang tidak menghasilkan patahan vertikal. Sesar mendatar akan bergerak secara horizontal. Sumber gempa kali ini terjadi akibat pergeseran sesar Palu Koro.

Menurut Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), kawasan terjadi gempa memang dilalui oleh patahan aktif yang memanjang dari timur dan disebut sebagai Patahan Matano (Matano Fault).

Keberadaan patahan ini perlu diwaspadai karena bisa saja menimbulkan terjadinya gempa yang kuat di beberapa waktu mendatang.

Sebelum gempa Palu dan Donggala tahun 2018 ini, sejarah mencatat setidaknya sudah ada 10 tragedi yang sama dan terjadi di lokasi tersebut.

Gempa pertama terjadi pada tanggal 1 Desember 1927, gempa terjadi di Teluk Palu dan mengakibatkan 14 orang meninggal dunia dan 50 orang lainnya luka-luka.

Gempa dan tsunami Palu dan Donggala. (Suara.com/Muhammad Yasir)

Selanjutnya pada 30 Januari 1930, gempa yang disusul tsunami terjadi di Pantai Barat Kabupaten Donggala. Gempa ini datang dengan tsunami setinggi 2 meter yang berlangsung selama 2 menit.

Berlanjut pada 14 Agustus 1938, gempa melanda Teluk Tambu di Kecamatan Balaesang, Donggala. Gempa ini disusul tsunami setinggi 8-10 meter. Korban jiwa karena bencana ini mencapai 200 orang dan 790 rumah mengalami kerusakan. Wilayah pesisir pantai barat Donggala nyaris tenggelam karena bencana besar ini.

Tidur cukup lama, gempa kembali mengguncang wilayah Sausu, Kabupaten Donggala pada tahun 1994. Dua tahun kemudian, tepatnya 1 Januari 1996, gempa kembali terjadi di Selat Makassar yang diikuti tsunami dan menyapu seluruh pantai barat Kabupaten Donggala dan Toli Toli.

Setelah tidur lama, dalam tahun 1996, gempa kembali terjadi di Desa Bangkir, Tonggolobibi dan Donggala. Gempa ini disertai tsunami setinggi 3-4 meter.

Dua tahun kemudian, tepatnya 11 November 1998, gempa kembali melanda Kabupaten Donggala yang mengakibatkan ratusan rumah rusak parah.

Gempa dan tsunami Palu dan Donggala. (Suara.com/Muhammad Yasir)

Masuk tahun 2000-an, gempa kembali terjadi pada 24 Januari 2005. Gempa berpusat 16 km di tenggara Kota Palu. Akibatnya 1 orang meninggal dunia dan 4 orang lainnya luka-luka.

Pada 17 November 2008, gempa terjadi di Laut Sulawesi dan mengakibatkan 4 orang asal Kabupaten Buol meninggal dunia.

Sebelum gempa Palu tahun 2018 ini, tepat pada 18 Agustus 2012, gempa kembali terjadi di Kabupaten Sigi dan Parigi Montong. Gempa ini mengakibatkan sedikitnya 8 orang meninggal dunia.

Deretan gempa dan tsunami di atas yang pernah terjadi di wilayah sekitar Palu dan Donggala tentu memberikan duka mendalam untuk siapa saja yang menjadi korbannya.

Indonesia sebagai negara kepualaun memang rentan dengan gempa dan tsunami, untuk itu perlu peningkatan waspada terhadap beberapa bencana serupa ini ya.

BACA SELANJUTNYA

Apa Itu Ransomware yang Dianggap Berbahaya, Lengkap Sejarah Perkembangannya