Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Seni melukis tubuh dengan garis-garis putih dipraktikkan oleh suku kuno dan diteruskan oleh suku pribumi di wilayah pedalaman. Peneliti kini memecahkan misteri mengapa cat loreng selalu digemari oleh suku kuno.
Suku-suku di Afrika, Australia, dan Asia Tenggara telah melakukan praktik bodypainting dalam upacara budaya selama beberapa generasi.
Dicampur secara tradisional dari tanah liat, kapur, abu, dan kotoran ternak, cat loreng mempunyai kegunaan khusus.
Dahulu, peneliti menganggap bahwa cat tersebut berguna untuk memoderasi panas tubuh dalam suhu di semak-semak dan sabana yang cukup tinggi.
Baca Juga
Namun dalam penelitian terbaru mengungkapkan bahwa cat loreng bergaris putih atau abu-abu ternyata dapat mengusir makhluk penghisap darah.
Diketahui bahwa binatang zebra digigit jauh lebih sedikit daripada binatang dengan warna bulu tunggal.
Tim peneliti memutuskan untuk melihat apakah garis-garis cahaya yang dilukis pada manusia akan memiliki efek jera yang sama.
Dalam penelitian yang telah dipublikasikan di jurnal Royal Society Open Science, peneliti menggunakan tiga manekin toko.
Satu dengan kulit gelap, satu dengan kulit lebih terang, dan model berkulit gelap dicat dengan garis-garis putih.
Mereka melapisi manekin dengan lapisan perekat tipis untuk menangkap binatang penghisap darah.
Hasilnya mengejutkan, manekin berkulit gelap menarik 10 kali lipat serangga penghisap darah.
Sementara model bergaris lebih terhindar dari serangga.
Peneliti percaya bahwa garis-garis itu mengganggu polarisasi cahaya yang terpantul pada tubuh manusia.
Dikutip dari Phys, itu membuat mereka kurang enak dilihat oleh pikat (Tabanidae) atau lalat penghisap darah dan juga bangsa nyamuk.
Gigitan dari makhluk penghisap darah dan hama lain dapat berbahaya karena dapat menularkan penyakit seperti demam rawa.
Peneliti mengatakan bahwa selain berfungsi sebagai upacara ritual, cat loreng ternyata sangat berguna bagi kesehatan suku kuno.
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Pakar Ungkap Keresahannya Terkait AI, Bisa Ancam Umat Manusia?
-
Peneliti Ungkap Rahasia untuk Berkomunikasi dengan Kucing, Ini Kuncinya
-
Ilmuwan Temukan Mikroba di Kutub yang Bisa Urai Plastik
-
Pertama di Dunia, Ilmuwan Berhasil Ciptakan Transistor dari Kayu
-
Mencairnya Es di Antartika Bakal Bawa Dampak Buruk ke Laut, Ini Sebabnya
-
Ketar-ketir dengan Starlink-nya Elon Musk, China akan Luncurkan 13000 Satelit
-
Ilmuwan Temukan Microplastik di Pembuluh Darah Manusia, Miris
-
Langit Indonesia Akan Dilintasi Komet Langka pada Awal Februari 2023
-
Penjelasan Peneliti BRIN Soal Pulau Baru Muncul di Tanimbar Usai Gempa Maluku
-
Prediksi Badai Dahsyat yang Picu Polemik, Peneliti BRIN Akhirnya Minta Maaf