Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Teknologi hemat energi dan ramah lingkungan menjadi fokus utama pada penelitian teknologi terbaru, termasuk mahasiswi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berhasil mengembangkan inovasi lampu darurat (emergency) hemat energi yang ramah lingkungan.
Dua mahasiswi ini merupakan adik kakak asal Blora, Jawa Tengah, yakni Fadhiela Noer Hafiezha (S1 Teknik Mesin) dan Chaieydha Noer Hafiezha (S2 Fakultas Pertanian).
Penemuan lampu yang dinamai La Helist (Lampu Hemat Listrik) ini mampu menjadi solusi bagi masyarakat dalam situasi darurat saat terjadi pemadaman listrik di malam hari.
Teknologi tersebut memanfaatkan fitting lampu yang dimodifikasi sehingga menghasilkan lampu dengan terang yang tidak berbeda seperti lampu yang menggunakan daya listrik PLN.
Baca Juga
-
Nintendo Dikabarkan akan Merilis Switch Versi Lebih Kecil dan Murah
-
Ngaku Ibunya Meninggal, Customer Ini Jadi Korban Penipuan Driver Ojol
-
Apple Memblokir Google dan Facebook di Aplikasi iOS Internal
-
Rumah Makan Mie Kriting Bikin Mikir Keras, Mana yang Bener?
-
Banyak yang Bagus dan Menarik, Ini Daftar Game Rilis Februari 2019
Fadhiela mengungkapkan pengembangan lampu emergency hemat energi ini terinspirasi dari seringnya pemadaman listrik di wilayah Blora. Pemadaman listrik kerap terjadi, terlebih dikala musim hujan. Hal tersebut menjadikan aktivitas masyarakat terganggu.
''Di Blora sering terjadi pemadaman listrik dan masyarakat masih sering memakai lilin untuk penerangan saat listrik padam, sementara penggunaan lilin berpotensi terjadi kebakaran saat ditinggal tidur. Untuk itulah kami mengembangkan lampu emergency dari led dan menggunakan batu baterai yang aman dan praktis,'' paparnya, Kamis (31/1) saat Konferensi Pers di Kantor Humas UGM.
Lampu darurat ini dibuat menggunakan material lokal dan mudah diperoleh di pasaran. Komponen penyusun La Helist di antaranya lampu led, fitiing lampu, trafo ferit, kumparan email, resistor, tarnsistor, saklar, serta batu baterai.
Mereka mengaku pembuatan lampu ini tidak sulit karena materialnya mudah didapat, bahkan khusus ferit dari limbah lampu yang tidak terpakai.
Untuk menghidupkan lampu menggunakan energi dari baterai kecil tipe AA 1,5 Volt yang biasa dipakai untuk baterai jam dinding. Dikembangkan dalam dua jenis yakni berdaya 3 watt dan 9 watt.
La Helist didesain secara minimalis dilengkapi dengan skalar sehingga dapat dibawa kemana-mana dan dihidupkan kapan saja tanpa tergantung akan aliran listrik PLN.
Selain hemat energi, lampu ini mampu menyala hingga 12 jam dan juga lebih aman digunakan dibanding menggunakan lilin. Selain itu mampu menjadi solusi ketika pemadam listrik.
Fadhiela menyebutkan pembuatan lampu ini cukup sederhana. Hanya saja membutuhkan ketelitian dan kesabaran dalam pengerjaan rangkaian lampu.
''Dalam sehari mampu menghasilkan 15 hingga 20 lampu emergency,'' jelasnya.
La Helist telah diproduksi secara massal di Blora. Dalam produksinya mereka dibantu tiga karyawan yang berlaku sebagai teknisi. La Helist dijual dengan harga terjangkau yakni Rp. 50.000,- untuk lampu berdaya 3 watt dan Rp. 90.000,- untuk daya 9 watt.
''Pemesanan sudah menjangkau wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi,'' imbuh Chaiyedha.
Mereka berharap kehadiran lampu emergency yang mereka buat bisa memberikan manfaat bagi masyarkat. Kedepan keduanya akan terus mengembangkan lampu salah satunya dengan menaikkan tegangan dari 1,5 volt menjadi 3 volt dengan baterai recharge agar dapat dipakai untuk penerangan rumah tangga.
''Dengan adanya penemuan lampu emergency hemat listrik yang ramah lingkungan ini diharapkan bisa membantu masyarakat untuk mengatasi penerangan pada saat pemadaman listrik yang lebih aman dan lebih irit,'' tambahnya.
Tag
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Universitas Indonesia dan Yandex Gelar Seminar AI yang Komprehensif
-
Apa yang Bisa Dilakukan AI pada Samsung Galaxy S24 Series
-
Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
-
Qualcomm Bahas Hybrid AI, Dapat Menghasilkan Karya Digital dan Banyak Manfaat
-
Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
-
Nggak Nyangka, Ternyata Ini Alasan Kucing Suka sama Kardus
-
Peran MCU 8-bit dalam Mendorong Kemajuan Teknologi Pertanian Pintar
-
Deretan Orang Terkaya di Dunia 2023: Posisi Elon Musk Digusur Juragan Louis Vuitton
-
Lazada Punya Fitur Chatbot Berbasis ChatGPT, Namanya LazzieChat
-
Startup Asal Yogyakarta Hadirkan Fitur Monitoring Kesehatan untuk Pecinta Olahraga Lari