Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Berlian yang ditemukan cacat belum lama ini sukses mengungkap rahasia besar terbentuknya benua pertama di Bumi.
Hal ini terungkap dalam sebuah penelitian yang dilakukan para ilmuwan. Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji inklusi materi mineral pada sebongkah berlian yang cacat dan diprediksi terbentuk di masa lampau.
Usai ditemukan dan dipelajari, peneliti berhasil menemukan adanya mineral sulfida dalam inklusi tersebut. Inklusi ini rupanya pernah ada di permukaan planet pada 2,5 miliar tahun yang lalu.
Kehadiran mineral ini dulunya membuat kenaikan oksigen yang cukup banyak pada atmosfer Bumi. Dilansir dari Tech Times, penemuan mineral ini menjadi jawaban dari terbentuknya benua pertama di Bumi.
Baca Juga
Menurut Karen Smit, peneliti di lembaga nirlaba Gemological Institute of America, berlian yang ditemukan di Afrika Barat ini menjadi jawaban bagaimana benua kuno di wilayah tersebut terbentuk.
Benua pertama tersebut rupanya terbentuk dari adanya subduksi yang merupakan sebuah proses saat lempengan kerak Bumi mendorong lempengan lain dari dalam Bumi.
Penemuan berlian ini juga menjelaskan eksistensi mantel Bumi sebelum kemudian berlian terbentuk dan terperangkap dalam proses kristalisasi.
Selain melakukan penelitian mengenai mineral sulfida, peneliti juga melakukan penelitian terkait isotop belerang dalam inklusi tersebut. Isotop sendiri merupakan atom dengan jumlah neutron yang berbeda dalam nukleus.
Karena oksigen dilindungi oleh belerang, peneliti akhirnya mengetahui bagaimana belerang terbentuk dalam lingkungan yang kaya oksigen atau rendah oksigen. Isotop ini rupanya terbentuk jauh sebelum ada banyak oksigen di atmosfer, yaitu sekitar 2,5 miliar tahun yang lalu.
Menggabungkan penemuan ini dengan penemuan serupa dari tambang Ekati Kanada, hasilnya peneliti dapat menemukan kisah bagaimana benua pertama di Bumi akhirnya terbentuk.
Peneliti berpendapat bahwa pada awalnya, benua terbentuk dari mantel yang meleleh dan mengalir ke atas dalam bentuk basal. Mineral dalam kerak Bumi yang lalu membentuk mantel yang tidak bersentuhan dengan atmosfer.
Perlahan potongan kerak Bumi akan membuat material yang lebih padat menjadi tenggelam, dan material yang kurang padat akan naik dan membentuk kerak benua. Kerak yang paling stabil dan tahan lama akan terus melekat pada bagian mantel yang disebut kerangka.
Hingga hari ini, peneliti baru menemukan empat lokasi di dunia dengan berlian yang mengandung inklusi sulfida dan mineral.
Jika makin banyak berlian yang ditemukan seperti berlian cacat ini, maka sejarah terbentuknya Bumi akan semakin jelas.
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
-
Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
-
Terlalu Dermawan, Raffi Ahmad Ngaku Pernah Kasih Cincin Berlian Nagita Slavina untuk Dede Sunandar
-
Ilmuwan Ungkap Ada Samudra di Bawah Permukaan Satelitnya Uranus, Ada Makhluk Hidup?
-
Ilmuwan Ungkap Struktur Inti Bulan, Hasilnya Mengejutkan
-
Naruto: Apa Fungsi Tanda Berlian di Jidat Tsunade?
-
Siapa Ibnu Al Haitam? Ternyata Kontribusinya di Bidang Optik Bikin Tercengang
-
10 HP Termahal di Dunia, Harganya Fantastis Tembus Ratusan Miliar
-
Ilmuwan Ungkap bahwa Tikus di New York Mulai Bisa Terjangkit Covid
-
Virus dari Permafrost Siberia Masih Bisa Hidup Lagi dan Berbahaya bagi Manusia