Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Pesawat ruang angkasa Juno milik NASA melakukan pengamatan baru Jupiter mengungkapkan bahwa badai petir gamas di Jupiter sangat kuat.
Badai yang sangat kuat ini mampu menciptakan hujan es yang kaya amonia yang dikenal sebagai ''mushballs'' yang jatuh dari langit.
Pengamatan ini tidak hanya dapat mengubah pemahaman manusia tentang Jupiter secara drastis, tetapi juga atmosfer planet raksasa pada umumnya, yang sebagian besar terbuat dari gas dan memiliki tekanan yang jauh lebih tinggi daripada yang diketahui di Bumi.
Badai petir di Jupiter dan Bumi memiliki satu kesamaan, yaitu fenomena alam ini menggerakkan air di atmosfer kedua planet.
Baca Juga
-
Astronom Temukan Galaksi dengan Tingkat Oksigen Rendah Pakai AI
-
Terpopuler: Oppo Reno4 dan Ledakan di Lebanon Menurut Ahli
-
Miss Indonesia 2019 Hingga Gamer, Ini 5 Potret Cantik Cindy Monika
-
Peneliti Duga Bulan Jupiter Memiliki Lautan, Berpotensi Layak Huni?
-
Tata Surya Hampir Memiliki Dua Matahari karena Ukuran Jupiter Terlalu Besar
Di Jupiter, badai petir diperkirakan terbentuk sekitar 50 kilometer di bawah ikatan dan badai yang terlihat di planet ini, dengan suhu yang mendekati titik beku air. Beberapa dari badai ini begitu kuat sehingga membawa es-air kristal ke atmosfer bagian atas planet.
Dilansir dari Space.com pada Jumat (7/8/2020), para ilmuwan merilis laporan dalam tiga makalah, di mana dua makalah di Journal of Geophysical Research: Planet dan satu makalah di Nature.
Misi Juno tiba di Jupiter hampir empat tahun yang lalu, tepatnya pada 4 Juli 2016. Wahana antariksa itu dikirim untuk lebih memahami asal-usul dan evolusi planet raksasa di tata surya ini.
Dalam pengamatan Juno tak hanya memberikan informasi pemahamam manusia terkait planet-planet tata suya, tetapi juga eksoplanet gas raksasa., terutama yang memiliki ukuran dan sejarah formasi yang sama dengan planet tata surya. (Suara.com/Lintang Siltya Utami)
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Gandeng Lonely Planet, Realme 11 Pro Series 5G Siap Rilis ke Indonesia
-
Ilmuwan Ungkap Planet Berkabut, Wujud Mirip Neptunus
-
Apakah Pluto Termasuk Planet atau Tidak? Jadi Perdebatan Astronom dan Ilmuwan
-
Jarak Bumi ke Mars Jutaan Kilometer, Berapa Waktu Perjalanannya?
-
Ilmuwan Ungkap Teori Iklim Bumi Baru, Zaman Es Terbantahkan?
-
Kolaborasi Planet Ban dan Gojek, Hadirkan Program Khusus Mitra Driver
-
Ilmuwan Ungkap Air di Bumi Lebih Tua dari Matahari, Kok Bisa?
-
NASA Temukan Planet Mirip Bumi yang Kedua, Bisa Dihuni Manusia?
-
Tim Peneliti NASA Berhasil Identifikasi Pola Perubahan Suhu di Jupiter
-
Komet Bisa Picu Timbulnya Kehidupan Satelit di Jupiter