Jum'at, 29 Maret 2024
Agung Pratnyawan : Kamis, 08 Oktober 2020 | 06:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Emmanuelle Charpentier dari Prancis dan Jennifer Doudna dari Amerika Serikat dua orang yang berjasa dalam penemuan gunting genetika ini mendapatkan penghargaan Nobel Kimia 2020.

Pada Rabu (7/10/2020), resmi diumumkan keduanya mendapatkan Nobel atas jasanya dalamteknik penyuntingan gen yang dikenal dengan nama CRISPR-Cas9.

"Menggunakan teknik ini, ilmuwan bisa mengubah DNA binatang, tumbuhan, dan mikroorganisme dengan ketepatan tinggi," bunyi pernyataan Komite Nobel untuk Kimia.

Temuan mereka ini dinilai memiliki dampak revolusioner terhadap kehidupan sains, berkontribusi terhadap pengobatan kanker terbaru, dan bisa mewujudkan impian untuk menyembuhkan penyakit turunan.

Charpentier yang kini berusia 51 dan Doudna yang berumur 56 adalah perempuan keenam dan ketujuh yang menerima Nobel Kimia.

Teknik ini sebelumnya sudah berkali-kali disebut akan membawa penemunya meraih Nobel Kimia. Tetapi rupanya baru kali ini rumor itu jadi kenyataan dan Charpentier mengaku bahwa ia terkejut ketika memperoleh kabar tersebut.

"Saya berkali-kali mendengar bahwa akan menerima Nobel, tetapi saat benar-benar terjadi saya sangat terkejut dan merasa ini cuma mimpi," kata Charpentier seperti dilansir dari Suara.com.

teknik penyuntingan gen yang dikenal dengan nama CRISPR-Cas9. [Johan Jarnestad/The Royal Swedish Academy of Sciences]

Charpentier menemukan gunting genetika saat ia meneliti sebuah bakteria berbahaya. Bakteri ini memiliki sebuah molekul - bagian dari sistem imun - yang bermanfaat saat melawan virus. Molekul bakteri ini bekerja dengan cara memotong DNA virus.

Penelitian tentang molekul aneh pada bakteri itu diterbitkan Charpentier pada 2011 dan setelahnya ia bersama Doudna menciptakan gunting DNA seperti yang pada molekul bakteri tersebut.

Gunting DNA yang mereka ciptakan itu dikembangkan agar lebih mudah digunakan dan bisa diterapkan pada material genetika lain.

Kini CRISPR/Cas9 sudah digunakan dalam rekayasa genetika benih untuk menciptakan tumbuhan yang mampu bertahan di kondisi kering dan mampu mengatasi hama.

Teknik ini juga sudah digunakan dalam mengobati kanker dan para ilmuwan berharap bisa digunakan untuk menyembuhkan penyakit turunan lewat manipulasi gen.

Tetapi CRISPR/Cas9 juga sudah digunakan dalam eksperimen-eksperimen kontroversial, termasuk untuk menyunting DNA janin manusia.

Ini, misalnya, dilakukan oleh ilmuwan China, He Jiankui pada 2018. Ia memantik kecaman dunia internasional karena menyunting genetika janin kembar di China untuk mencegah mereka terinfeksi penyakit HIV.

Itulah jasa Emmanuelle Charpentier dan Jennifer Doudna dalam teknik penyuntingan gen yang mendapatkan Nobel Kimia 2020. (Suara.com/ Liberty Jemadu).

BACA SELANJUTNYA

Virus dari Permafrost Siberia Masih Bisa Hidup Lagi dan Berbahaya bagi Manusia