Jum'at, 29 Maret 2024
Cesar Uji Tawakal : Kamis, 08 Desember 2022 | 15:40 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Seperti yang kita tahu, dulunya Bumi memiliki tingkat oksigen rendah yang tidak dapat menopang kehidupan.

Hingga akhirnya setelah adanya makhluk yang bisa berfotosintesis, penggandaan oksigen dimulai, membuka jalan bagi evolusi hewan.

Dilansir dari Sputnik News, oksigen awal punya peran krusial di Bumi sebagai bahan penting dalam campuran faktor-faktor yang membuat planet kita layak huni.

Rupanya tak cuma dari hasil fotosintesis, oksigen bisa berasal dari sumber "tektonik", menurut dugaan hasil studi baru.

Selanjutnya, penelitian oleh tim ilmuwan dari Universitas Laurentian dan Universitas Michigan, yang diterbitkan di Nature Geoscience, menawarkan penjelasan parsial untuk kekurangan oksigen dalam bentuk molekul (O2).

Ilustrasi planet bumi/Pixabay

Sebelumnya, perlu diingat kembali seperti apa planet kita dulu antara 2,5 miliar dan empat miliar tahun yang lalu.

Selama periode itu, eon Archean, Bumi yang masih dunia air, terdapat selimut kabut kabut metana, tanpa gas oksigen. Oksigen hanya ada dalam senyawa seperti air pada saat itu.

Ada aspek lain dari keberadaan Bumi pada saat itu yakni aktivitas tektoniknya, yang berbeda dari apa yang disebut tektonik lempeng Bumi modern.

Planet yang kita huni saat ini dicirikan oleh adanya lapisan terluar Bumi di bawah lautan yakni kerak samudera yang tenggelam ke dalam mantel planet, yang sekarang disebut "zona subduksi."

Ilmu pengetahuan belum bisa menjangkau tentang apakah tektonik lempeng seperti itu berfungsi di era Archean.

Zona subduksi saat ini dikaitkan dengan magma teroksidasi, terbentuk ketika sedimen teroksidasi dan air dingin yang dekat dengan dasar laut dimasukkan ke dalam mantel Bumi.

Magma dengan kandungan oksigen dan air yang tinggi dihasilkan sebagai hasilnya.

Penelitian yang dilakukan oleh tim, termasuk David Mole di Universitas Laurentian serta Adam Charles Simon dan Xuyang Meng di Universitas Michigan, berfokus pada pengujian apakah tidak adanya bahan teroksidasi di perairan dasar Archean dan sedimen dapat menghambat pembentukan magma teroksidasi.

Jadi, tim mengumpulkan sampel batuan setua 2,67 miliar tahun dari daerah yang membentang dari Winnipeg, Manitoba, hingga Quebec. Ini dianggap oleh para ilmuwan sebagai bagian terbesar yang diawetkan dari benua Archean.

Penelitian ini melakukan pengukuran menggunakan teknik yang disebut X-ray Absorption Near Edge Structure Spectroscopy (S-XANES) pada synchrotron Advanced Photon Source di Argonne National Laboratory di Illinois.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa magma teroksidasi memang terbentuk pada era Neoarchean sekitar 2,7 miliar tahun yang lalu.

Karena tidak adanya oksigen terlarut dalam reservoir air pada saat itu gagal menghalangi pembentukan magma teroksidasi di zona subduksi, penelitian menentukan bahwa sumber oksigen pasti berbeda kemungkinan berasal dari letusan gunung berapi ke atmosfer.

Dengan demikian, penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang tidak terduga bahwa proses subduksi kembali pada zaman Archean bisa menjadi faktor penting dalam oksigenasi Bumi.

BACA SELANJUTNYA

Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet