Jum'at, 26 April 2024
Dinar Surya Oktarini : Minggu, 04 Oktober 2020 | 07:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Hingga akhir September 2020, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)  pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudera Pasifik Ekuatormemperlihatkan bahwa anomal iklim La Nina tengah berkembang. 

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal mengatakan, Indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation) menunjukkan suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tengah dan timur dalam kondisi dingin selama enam dasarian terakhir, dengan nilai anomali telah melewati angka -0.5°C, yang menjadi ambang batas kategori La Nina.

"Perkembangan nilai anomali suhu muka laut di wilayah tersebut masing-masing adalah -0.6°C pada bulan Agustus, dan -0.9°C pada bulan September 2020," ujar Herizal dalam keterangannya, Sabtu (3/10/2020).

Herizal menuturkan, BMKG dan pusat layanan iklim lainnya seperti NOAA (Amerika Serikat), BoM (Australia), JMA (Jepang), memperkirakan La Nina dapat berkembang terus hingga mencapai intensitas La Nina Moderate pada akhir 2020. Diperkirakan, akan mulai meluruh pada Januari-Februari dan berakhir di sekitar Maret-April 2021.

Logo BMKG.

"Catatan historis menunjukkan bahwa La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40 persen di atas normalnya," kata Herizal.

Namun, kata Herizal, dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia. Ia menuturkan pada sekitar Oktober-November, peningkatan curah hujan bulanan akibat La Nina dapat terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia, kecuali Sumatera.

"Selanjutnya pada Desember hingga Februari 2021, peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat terjadi di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku-Maluku Utara dan Papua," tutur dia.

Tak hanya itu, Herizal menyebut, pada Oktober ini beberapa zona musim di wilayah Indonesia diperkirakan akan memasuki musim Hujan. Di antaranya di Pesisir timur Aceh, sebagian Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Pulau Bangka, Lampung, Banten.

Kemudian di sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa tengah, sebagian kecil Jawa Timur, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur, sebagian Kalimantan Utara, sebagian kecil Sulawesi, Maluku Utara dan sebagian kecil Nusa Tenggara Barat.

"Peningkatan curah hujan seiring dengan awal musim hujan, disertai peningkatan akumulasi curah hujan akibat La Nina, berpotensi menjadi pemicu terjadinya bencana hidro-meteorologis seperti banjir dan tanah longsor," kata Herizal.

Ilustrasi Samudera Pasifik. [Shutterstock]

Ia berharap, para pemangku kepentingan diharapkan dapat lebih optimal melakukan pengelolaan tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir, misalnya dengan penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air yang berlebih.

"Masyarakat dihimbau agar terus memperbaharui perkembangan informasi dari BMKG dengan memanfaatkan kanal media sosial infoBMKG, atau langsung menghubungi kantor BMKG terdekat," ujarmya. (Suara.com/Ummi Hadyah Saleh)

BACA SELANJUTNYA

El Nino 2023 Diprediksi Melanda Indonesia, Ini Dampak dan Tanda-tandanya