Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Fenomena cuaca yang disebabkan oleh penurunan tekanan udara tajam berhasil terekam satelit. Disebut ilmuwan sebagai Bomb Cyclone, badai ini menghasilkan gelombang laut raksasa di perairan Pantai Barat Amerika Serikat.
Badai yang juga menghasilkan kekuatan angin dengan kecepatan lebih dari 100 mph atau 160 kmh juga termasuk yang tertinggi di kelasnya.
Para ilmuwan dari University of California menjelaskan bahwa data tersebut merupakan yang tertinggi dalam 15 tahun terakhir.
Dalam kurun waktu itu, rata-rata tinggi gelombang laut tak pernah menyentuh 10 kaki atau 3 meter di musim dingin.
Baca Juga
Namun, data yang terekam pada tanggal 20 hingga 31 November 2019 menghasilkan titik pusat badai yang mengerikan.
Hembusan angin mencapai lebih dari 160 kilometer per jam dengan ketinggian rata-rata gelombang laut mencapai 45 kaki atau 14 meter.
Sementara gelombang laut tertinggi tercatat sebesar 75 kaki atau hampir 23 meter.
Badai yang disebut Bomb Cyclone atau Bom Topan ini berhasil direkam oleh satelit dan terjadi di sekitar 32 kilometer sebelah utara pada lepas pantai Cape Mendocino, California, Amerika Serikat.
Dikutip dari Sky News, James Behrens dari Coastal Data Information Program (CDIP) menjelaskan bahwa ketinggian gelombang laut "jelas tidak biasa" untuk sepanjang tahun 2019.
"Gelombang laut yang sangat besar semacam ini biasanya hanya terdeteksi di tengah lautan, ketika angin super kencang biasanya juga ikut dihasilkan," kata James Behrens.
NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) langsung memperingatkan agar kapal-kapal dan perahu nelayan menjauh dari titik pusat badai.
Untungnya, gelombang laut tidak memicu ombak besar di tepi pantai karena titik badai datang bersamaan saat air surut.
"Ini seperti sebuah permainan yang kebetulan. Jika mereka (Bom Topan) datang pada waktu puncak, mereka akan menyebabkan kerusakan signifikan," kata Troy Nicolini selaku kepala dinas cuaca di NOAA.
Ilmuwan masih memantau titik datangnya badai sebagai antisipasi apabila Bomb Cyclone atau Bom Topan tersebut terbentuk lagi.
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
-
Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
-
Ilmuwan Ungkap Ada Samudra di Bawah Permukaan Satelitnya Uranus, Ada Makhluk Hidup?
-
Ilmuwan Ungkap Struktur Inti Bulan, Hasilnya Mengejutkan
-
Siapa Ibnu Al Haitam? Ternyata Kontribusinya di Bidang Optik Bikin Tercengang
-
Ilmuwan Ungkap bahwa Tikus di New York Mulai Bisa Terjangkit Covid
-
Virus dari Permafrost Siberia Masih Bisa Hidup Lagi dan Berbahaya bagi Manusia
-
Ilmuwan Australia Hasilkan Listrik dari Udara, Ini Resep Rahasianya
-
Apakah Gempa Bisa Diprediksi? Ini Kata Ilmuwan Soal Potensi Gempa di Indonesia
-
Ilmuwan Temukan Koridor Misterius di Piramida Cheops Mesir