Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Luar angkasa memang menyimpan deretan misteri yang masih belum terpecahkan oleh ilmuwan. Sekelompok ilmuwan dari NASA berhasil mengamati struktur aneh dari awan kosmik raksasa jauh di dalam galaksi Bima Sakti.
Sangat besar, molekul awan kosmik raksasa membentang sepanjang 190 tahun cahaya dan memancarkan gelombang radio.
Dalam rilis resmi yang diunggah oleh NASA pada 19 Desember 2019, ilmuwan sepakat menjuluki awan kosmik raksasa sebagai "Candy Cane" atau "Permen Tongkat".
Dijuluki sebagai Candy Cane karena kumpulan molekul gas awan raksasa membentuk struktur spiral dan berwarna-warni yang hampir mirip dengan permen tersebut.
Baca Juga
Flare merah, kuning, lengkungan biru-hijau, dan bintik-bintik cahaya redup yang muncul dalam gambar direkam oleh Goddard-IRAM Superconducting 2-Millimeter Observer (GISMO) milik NASA.
GISMO mendeteksi filamen radio paling menonjol di pusat galaksi yang dikenal sebagai Radio Arc, yang membentuk bagian tegak lurus dari Candy Cane.
Itu adalah panjang gelombang terpendek di mana struktur aneh telah diamati oleh ilmuwan.
Dikutip dari Futurism, pengamatan oleh ilmuwan NASA ini dapat membantu para ilmuwan lainnya dalam memahami proses di mana galaksi kita membentuk bintang baru.
Candy Cane yang termasuk "permen kosmik" tersebut mengandung bahan mentah untuk menghasilkan puluhan juta bintang baru.
Johannes Staguhn, ilmuwan yang memimpin penelitian menjelaskan bahwa awan kosmik Candy Cane sangat menakjubkan untuk diamati.
"Kami sangat tertarik dengan keindahan gambar ini. Itu eksotis. Ketika Anda melihatnya, Anda akan merasa seperti sedang melihat beberapa kekuatan alam yang benar-benar istimewa di alam semesta ini," kata Staguhn kepada CNN.
NASA menyoroti bahwa gambar tersebut menampung kumpulan molekul awan kosmik raksasa terbesar dan terpadat di galaksi Bima Sakti.
Molekul gas awan yang terlihat "sejuk" ini mengandung banyak gas dan debu untuk membentuk puluhan juta bintang seperti Matahari.
Warna biru mengindikasikan debu dingin pada molekul awan di mana pembentukan bintang masih dalam masa pertumbuhan.
Jika kumpulan awan kosmik raksasa ini terpecahkan misterinya, maka ilmuwan dapat menyingkap rahasia sebenarnya dari pembentukan bintang baru oleh alam semesta.
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
-
Berapa Jarak Bumi ke Matahari dan Bagaimana Cara Mengukurnya?
-
Berapa Jarak Bumi ke Bulan, Lengkap Fakta Menariknya
-
Kenapa Bintang Digambarkan dengan Lima Sudut, Padahal Aslinya Bulat
-
12 Orang yang Pernah Menginjakkan Kaki di Bulan, Tak Hanya Neil Armstrong
-
Sebuah Komet Hijau Mendekati Bumi, Lintasannya Bisa Terlihat?
-
NASA Temukan Planet Mirip Bumi yang Kedua, Bisa Dihuni Manusia?
-
Satelit NASA Akan Jatuh Ke Bumi, Setelah 38 Tahun Beroperasi
-
Peringatan NASA, Ada Indikasi China Ingin Mengklaim Tanah di Bulan
-
Tim Peneliti NASA Berhasil Identifikasi Pola Perubahan Suhu di Jupiter