Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - CEO Facebook, Mark Zuckerberg baru saja memberi peringatan kepada negara-negara Barat mengenai model regulasi internet di China yang dia beri label sebagai "sangat berbahaya".
Pada hari Senin (17/05/2020), pendiri Facebook ini khawatir tentang negara-negara lain yang ingin meniru model China dalam mengatur layanan internetnya.
Dalam diskusi langsung dengan pejabat Uni Eropa, Thierry Breton, CEO Facebook menjelaskan bahwa regulasi di China sangat berbeda dengan negara Barat.
"Saya pikir ada dua kerangka kerja yang sangat berbeda yang ditopang oleh serangkaian nilai berbeda pula. Terus terang saja, saya pikir ada model yang keluar dari negara-negara seperti China yang cenderung memiliki nilai yang sangat berbeda dari negara-negara Barat yang lebih demokratis," kata Zuckerberg dikutip dari CNBC.
Baca Juga
Dia mengatakan bahwa negara-negara Barat harus melawan pendekatan China dengan alternatif yang lebih demokratis.
Zuckerberg memuji perbaikan undang-undang privasi 2018 di Brussels, di mana ia mengklaim reformasi telah mendorong Facebook untuk mengubah pendekatannya terhadap privasi data di seluruh dunia.
Breton dan Zuckerberg membahas segala hal mulai dari bagaimana platform sosial menangani informasi yang salah hingga tata kelola dalam diskusi.
Ini bukan pertama kalinya bilioner Facebook ini memperingatkan sesuatu tentang China.
Sebelumnya ia menyerukan platform video milik China, TikTok, karena penyensoran dan mengklaim aplikasi tersebut hanya menyebutkan sebatas protes yang meletus di Hong Kong tahun lalu.
"Saya khawatir tentang model seperti itu menyebar ke negara lain. Saya pikir penangkal terbaik untuk itu adalah memiliki kerangka kerja yang jelas yang keluar dari negara-negara demokrasi Barat dan nantinya bisa menjadi standar di seluruh dunia," tambah Zuckerberg.
CEO Facebook tersebut menyebutkan bahwa pembatasan dan penyensoran melalui regulasi internet di negara tersebut merupakan hal yang berbahaya.
Ia berharap bahwa negara lain di seluruh dunia agar lebih condong mengikuti aturan internet di negara Barat sementara ia juga mendesak negara-negara Barat juga harus melawan pendekatan yang dilakukan China soal regulasi internetnya.
Zuckerberg juga mengungkapkan bahwa pihaknya telah bekerja keras dalam mendeteksi misinformasi atau kabar hoaks dan melabeli postingan dengan peringatan bahwa konten tersebut salah.
Terkini
- Garmin Run 2024 Asia Series di Indonesia, Perayaan Pecinta Lari Segala Level
- HSPNet Hadirkan Jaringan B3JS dan BDMCS dengan Kapasitas Tinggi
- Intel Dorong Pengembangan AI untuk Enterprise dengan Gaudi 3
- Dukung QRIS dan BI Fast, Bank Saqu Ikut Meramaikan JakCloth Ramadan 2024
- Melalui Transformasi Digital, PointStar Mendukung Upaya Pemerintah Mencapai Target Pertumbuhan Ekonomi 2024
- Grab Dapatkan Sertifikat Penetapan Program Kepatuhan Persaingan Usaha dari KPPU RI
- Universitas Indonesia dan Yandex Gelar Seminar AI yang Komprehensif
- Kolaborasi Huawei dan Telkomsel, Hadirkan Modem Orbit Star H2 dengan Paket Kuota FantaSix 150 GB
- Yandex, Kominfo, dan ITB Bahas Pengembangan AI yang Aman dan Beretika
- Aplikasi Merchant BCA Resmi Diluncurkan untuk Pelaku Usaha, Apa Kelebihannya?
Berita Terkait
-
Stabil Usai Dihajar Sanksi AS, Industri Chip China Malah Terancam Terpukul oleh Hukuman Jepang
-
AS akan Batasi Investasi ke Perusahaan Teknologi China
-
Ubisoft Tutup Gerai Online di China, Apa Sebabnya?
-
Giliran Perusahaan Teknologi AS Balik Diblacklist China, Amerika Malah Mengeluh
-
Hasil Menko Luhut ke China, Mobil Listrik BYD akan Investasi ke Indonesia
-
Serangan Balik, Kini Giliran China yang Ngeblacklist Perusahaan Chip Amerika
-
Bikin Industri China Tak Tunduk Walau Panen Sanksi, Apa Itu RISC-V?
-
Instagram Menambahkan Fitur Baru, Interaksi di Kolom Komentar Makin Berwarna
-
Sanksi AS Tidak Banyak Berdampak pada Industri Semikonduktor di China
-
Jerman Ambil Kuda-Kuda untuk Terapkan Pelarangan Ekspor Bahan Chip ke China